Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Quran?
Langkah pertama, kata Syaikh Ibrohim adalah meyakini dan membenarkan bahwa al-Quran adalah kalamullah, yang datangnya dari Allah SWT.
“Al-Quran banyak dituduh merupakan perkataan Muhammad. Bahkan ada yang menyebut al-Quran itu adalah perkataan sihir atau dukun. Dan semua dibantah oleh Allah SWT. Bahwa al-Quran bukan ungkapan Muhammad, bukan sihir. Tetapi merupakan kalamullah yang menggunakan bahasa Arab. Kita harus yakin dengan seyakin-yakinnya, tidak boleh ragu,” ungkap Syaik Ibrohim.
Mempelajari al-Quran itu hukumnya wajib, katanya, oleh karena itu, bagi mahasiswa Unismuh, belajar di fakultas manapun, tetap perlu diajukan pertanyaan ‘apakah anda sudah belajar al-Quran?’
“Anda belajar di jurusan manapun, baik kedokteran, maupun teknik, Anda tetap wajib mempelajari al-Quran. Belajar al-Quran adalah hal yang sangat penting, bahkan didahulukan dari belajar yang lainnya. Sehingga dengan demikian, kita akan hidup bersama al-Quran kapan dan di mana saja. Agar bisa mewarnai kehidupan kita dengan warna al-Quran,” pesannya.
Dalam mempelajari al-Quran, Syaikh Ibrohim mengingatkan agar membaca huruf dan tajwid dengan benar. Oleh karena itu, ia menyarankan belajar al-Quran dengan system Talaqqi.
Talaqqi merupakan metode belajar al-Quran yang mensyaratkan perjumpaan secara langsung antara murid dengan guru. Talaqqi juga mensyaratkan gerak mulut murid harus mengikuti gerak mulut yang dicontohkan guru.
“Jadi murid bisa mendengarkan langsung gurunya membaca, baru menirukan. Atau murid membaca Alquran, dan gurunya memperbaiki bacaan jika ada yang keliru,” jelas Syaikh Ibrohim, yang diterjemahkan Ustadz Lukman,
Ma’had Al Birr Unismuh secara rutin mengelar kuliah tamu. Beberapa bulan lalu, ma’had ini menghadirkan Direktur Institut Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (IIPIA) Jakarta, Dr Umar Bin Hamad Asswaidan, dalam seminar internasional bahasa Arab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni