Menggunakan Ilmu Pengetahuan
Keempat, perlu menggunakan perspektif ilmu pengetahuan sebagai sarana memahami al-Quran dan sunnah Nabi supaya bisa menangkap makna sesungguhnya. “Itu keharusan bagi kita warga persyarikatan (Muhammadiyah)!” tuturnya.
Kelima, wasathiyah. “Kita tidak terjebak pada tatharruf yang berlebihan, yang keterlaluan itu di dalam memahami dan mengajarkan Islam! Bukan juga yang menggampangkan, mengabaikan prinsip-prinsip ajaran Islam!” tegas pria kelahiran Lamongan itu.
Keenam, perhatian terhadap urusan kemanusiaan. “Bagaimana dunia pendidikan Muhammadiyah telah menjadi contoh yang paling konkrit di mata dunia bahwa Muhammadiyah organisasi yang tidak eksklusif, tidak mengajarkan fanatisme,” jelas Syafiq.
Selain itu, juga menganggap semua manusia setara. “Setiap penderitaan manusia adalah bagian penderitaan bagi yang lain juga,” tuturnya.
Menurutnya, ini tercermin dalam gerakan Muhammadiyah menolong korban bencana yang sedang kesusahan di Lumajang sekarang. Juga Muhammadiyah terlibat dalam pembangunan perdamaian di tingkat internasional, baik melalui konferensi maupun kegiatan langsung. Misal pemberdayaan masyarakat di Thailand yang harus ditopang dengan sistem pendidikan yang baik.
Prof Syafiq yakin, harapan-harapanya akan menjadi kenyataan. “Memiliki dampak sangat positif dan Insyaallah Muhammadiyah akan semakin berjaya!”
Meski banyak tantangan dihadapi, tapi Syafiq yakin dengan resiliensi, kesabaran, dan ketekunan ini semua bisa terselesaikan dan keluar sebagai pemenang. Selanjutnya, dengan basmalah, Syafiq membuka ME Awards pagi itu.
Prof Syafiq A Mughni hadir secara daring menggantikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi yang semula dijadwalkan memberi amanah pada acara tersebut. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni