Musibah Pasti Berlalu
Abdul Mu’ti lalu mengutip hadist riwayat Abu Hurairah, bahwa Allah itu tidak akan menurunkan musibah yang manusia tidak mampu menjalaninya. Dan Allah itu pasti memberikan pertolongan pada hambanya menurut ikhtiar hamba itu di dalam mengatasi masalahnya.
“Maka orang beriman itu senantiasa optimis bahwa badai pasti berlalu. Jadi orang beriman itu tidak boleh pesimis karena apa, musibah itu sudah ada catatannya tinggal tunggu waktunya hanya manusia tidak tau kapan kejadiannya,” jelasnya.
“Oleh karena itu maka kita harus optimis karena kalau tidak optimis orang bisa menyalahkan Allah, dan orang bisa kemudian justru menempuh jalan yang tidak sesuai dengan tuntunan Tuhan,” imbuhnya.
Mu’ti menjelaskan, orang yang beriman itu optimis dan senantiasa khunudzan kepada Allah karena musibah itu cara Allah menurunkan rahmat dan cara Allah mengangkat harkat dan martabat hambanya.
Covid-19 Melahirkan Banyak AUM
Abdul Mu’ti mengatakan kalau kita optimis maka justru Covid-19 di tangan Muhammadiyah melahirkan banyak amal usaha. “Di tangan Muhammadiyah (musibah Covid-19) banyak melahirkan cabang dan ranting baru,” ujarnya.
Menurut dia hal itu terjadi karena semula orang tidak mengenal Muhammadiyah, bahkan sebagian itu anti-Muhammadiyah. Tetapi begitu ada musibah, Muhammadiyah datang yang pertama dan Muhammadiyah melayani semuanya. “Orang kemudian yakin oh ternyata Muhammadiyah seperti itu ya,” ujarnya.
Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyampaikan Muhammadiyah menjadikan musibah ini sebagai ladang dakwah. “Muhammadiyah tidak mempolitisasi Covid-19 ini, tapi Muhammadiyah langsung turun dengan akai-aksi yang dirasakan langsung manfaannya oleh masyarakat,” kata dia.
Oleh karena itu, Mu’ti mengatakan, semakin banyak musibah Muhammadiyah akan semakin banyak berdakwah. “Tapi tentu kita tidak boleh berdoa supaya musibah ini ada terus. Nggak boleh juga,” ucapnya
“Tapi inilah bukti kita optimis dan kita kemudian ketika ada musibah kita lakukan apa menolong dan menebarkan nilai-nilai yang utama, nilai kemanusian, nilai persatuan, nilai tolong-menolong, nilai persaudaraan,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni