PWMU.CO – Seketika Sengkaling Kuliner (Sekul) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) penuh tangis haru. Bagaimana tidak? Barisan anak-anak sekolah dasar (SD) secara bergantian menyematkan mahkota di kepala orang tuanya masing-masing.
Momen langka itu terekam dalam perhelatan Munaqosyah atau ujian kelulusan hafalan al-Quran yang diselenggarakan Yayasan Bait Al Hikmah melalui program Tahfidz Quran Tematik (TQT) edisi Short Course in Holiday for Overseas Learners (Boarding School).
Kegiatan yang diselenggarakan sejak tanggal 18 Desember 2016 dan berakhir, Rabu (29/13) diikuti oleh 24 peserta yang berasal dari sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur itu, selama 10 hari digembleng menghafal beberapa kisah yang terdapat di dalam al-Quran. Antara lain kisah Maryam, Nabi Yunus juga Kisah Penghuni Gua serta kisah-kisah lainnya yang mengundang ketertarikan anak-anak.
”Selain hafalan, metode belajar al Quran yang kami gunakan berorientasi pada pemahaman. Tentu karena sasarannya anak-anak, metode yang kami gunakan lewat pembelajaran yang cepat, mudah dan menyenangkan,” terang pengasuh program TQT Boarding School, Laylatul Fithriyah Azzakiyah saat diminta menjelaskan program TQT edisi Boarding School ini.
Layla menambahkan, anak-anak pun diajak menghafal dengan metode mengeja perkata. Selain itu juga lewat metode bernyanyi dan bercerita.”TQT edisi Boarding School ini segaja diadakan di tengah momen libur sekolah. Dan peserta Munaqosyah kali ini berasal dari kelas reguler yang terdiri dari tiga kelas,” ujarnya.
(Baca juga: Kiat Mendidik Anak agar Sukses Raih Cita-Citanya)
Sementara Pembina Yayasan Bait al Hikmah Pradana Boy ZTF dalam sambutannya menyampaikan, program ini merupakan salah program pemantik dari rencana pembangunan Pesantren Laboratorium al-Quran yang bakal direalisasikan dalam waktu dekat.
”Kurikulum yang akan diterapkan nantinya berangkat dari petunjuk-pentunjuk yang telah diisyaratkan di dalam al-Quran,” ujar Pradana yang merupakan Kepala Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) UMM ini.
Prinsipnya, lanjut Pradana, pesantren yang didirikan khusus untuk tingkat sekolah menengah ini berciri transformatif. ”Kami ingin pesantren ini bisa dijangkau oleh semua kalangan. Akan tetapi tentu juga harus berkualitas,” tegas Pradana.
(Baca ini juga: Ikut Kemah, Siswa Ini Baru Sadar Betapa Susahnya Sekadar Menghidangkan Sepiring Nasi)
Tidak hanya itu saja, Pradana mengungkapkan, kompetensi bahasa juga jadi sorotan pesantren ini. ”Selain bahasa Arab dan Inggris yang biasa diajarkan di pesantren-pesantren konvensional, bahasa Jerman juga bakal jadi program andalan yang wajib dikuasai seluruh peserta didik,” tegasnya.
Di sisi lain ketua pelaksana TQT edisi Boarding School Maharina Novia Zahro berharap program semisal TQT Boarding School ini lebih sering diselenggrakan. Selain untuk mengisi liburan, lanjut Rina program ini bisa diadakan sepanjang tahun.
”Semoga rencana mendirikan Pesantren Laboratorium al-Quran ini dapat segera terealisasi,” tukas Maharina yang juga alumni TQT kelas Ramadhan ini.(chandra/aan)