Harus Teruukur dan Operasional
Berbekal arahan Ketua PDM Kabupaten Gresik—sekaligus salah satu penulis buku ‘Budaya Organisasi Sekolah Muhammadiyah’ terbitan Kanzun Books—Dr H Taufiqulloh MPdI, selama sepekan (8-15/12/21) ketujuh guru itu membedah tujuh instrumen yang dibagi. Mereka menentukan apa saja masing-masing aspek, bentuk kegiatan, dan dokumen yang perlu sekolah siapkan nantinya.
Dengan begitu, bisa sejalan dengan harapan Majelis Dikdasmen yang Nurul sampaikan, pada pertemuan kedua terbentuk kalimat operasional (praktis). “Muncul instrumen terukur, siap diaplikasikan, menjadi pegangan wajib di sekolah Muhammadiyah,” ujarnya.
Akhirnya, pada pertemuan Rabu (15/12/21) sore, hasil bedah instrumen secara mandiri itu dipresentasikan dan didiskusikan agar semua pihak memiliki pandangan yang sama dan bersepakat. Ini ditegaskan pemimpin diskusi Nurul Wafiyah, “Perlu penyamaan makna setiap kalimat itu!”
Sejalan dengan Nurul, M Choiruz Zimam menekankan pentingnya musyawarah untuk menyelaraskan pendapat. “Pendapatmu itu benar, tapi mengandung kesalahan. Pendapatmu itu salah, tapi mengandung kebenaran,” ujarnya mengingatkan.
Zimam, panggilannya, juga menyoroti bagaimana tim itu menafsirkan realitas yang diharapkan sesuai dengan instrumen.
Dodik Priyambada pun memotivasi, tim penyusun tak perlu takut mengembangkan hal-hal yang dianggap penting tapi belum tertuang di buku ‘Budaya Organisasi Sekolah Muhammadiyah’—salah satu sumber acuan tim penyusun merumuskan budaya. “Saya yakin dengan perjalanan bermuhammadiyah dari tim luar biasa ini bisa lebih dari cukup,” tuturnya.
Dari diskusi hingga menjelang tengah malam dan dilanjutkan esok harinya itu, tim penyusun dengan pendampingan Majelis Dikdasmen PDM Gresik akhirnya menetapkan beberapa indikator yang awalnya masih tampak tumpang tindih. Misal pada instrumen nilai, keyakinan, dan ritual.
Keraguan yang semula hadir, berangsur terpecahkan. “Ketika kita membuka borang akreditasi, banyak sekali aitem dengan bukti fisik yang sama,” ujar Nurul menguatkan para peserta.
Tahap selanjutnya, pada bulan Januari, akan berlanjut finalisasi kriteria pelevelan sebagai tolak ukur penerapan Budaya Sekolah Muhammadiyah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni