PWMU.CO– Kunci berdagang itu jangan judes. Berilah pelayanan dan servis yang bagus dan itu adalah penerapan dari ihsan dalam berbisnis.
Hal itu disampaikan Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Mu’ti MEd pada Resepsi Milad Muhammadiyah oleh PDM Lamongan digelar di SPBU PT Syirkah Surya Amanah di Desa Bunut, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Ahad (12/22/21).
Menurut Abdul Mu’ti, bisnis yang dibangun warga Muhammadiyah meskipun masih kecil sudah tumbuh di mana-mana diharapkan kelak memperkuat dakwah bidang pendidikan dan kesehatan.
Mu’ti mengatakan, ”Alhamdulillah bidang pendidikan Muhammadiyah sudah menjadi yang terbesar, bidang kesehatan terbesar juga, dan yang ekonomi mudah-mudahan kecil mempunyai pengaruh yang besar dan sekarang mulai tumbuh di mana-mana.”
Dakwah bidang ekonomi, sambungnya, merupakan keputusan Muktamar ke 47 di Makassar. Sekarang mulai banyak berdiri misalnya Suryamart, TokoMu, Logmart dan lain-lain. Sekarang mulai ada perumahan dan mulai ada SPBU di beberapa tempat.
Karena itu, kata dia, Muhammadiyah menyakini dengan sesungguhnya bahwa ekonomi itu menjadi bagian penting di dalam berdakwah. ”Bahkan kalau kita kembali ke sejarah 109 tahun yang lalu para pendiri Muhammadiyah itu kan bisnisman. Para pedagang muslim kelas menengah,” tandasnya.
KH Ahmad Dahlan itu kalau dibuat istilah sekarang, menurut Mu’ti, seorang pegawai negeri yang pedagang. KH Ahmad Dahlan itu PNS, pegawai negeri, sekarang ASN. Kalau PNS itu pegawai negeri sipil, sedangkan ASN itu Aparatur Sipil Negara yang juga berarti gajinya selalu naik. Kalau PNS, Paling Naiknya Sedikit,” ujar Mu’ti sambil tersenyum.
”Kenapa saya katakan PNS karena KH Ahmad Dahlan itu abdi dalem santri. Beliau itu santri kesultanan di Jogjakarta dan juga keturunan Arab. Silsilahnya sampai dengan Nabi Muhammad . Beliau itu punya gelar Raden Ngabei Ahmad Dahlan, tapi gelarnya ndak pernah dipakai,” terang Mu’ti.
Jadi sisi ini, ujar dia, KH Ahmad Dahlan itu sebagai pegawai negeri tetapi juga pedagang, sehingga sambil berdakwah membawa batik. Setiap kali di daerah yang di situ Muhammadiyahnya berkembang sangat kuat adalah daerah yang ada stasiun kereta apinya, karena KH Ahmad Dahlan berdakwah dengan naik kereta api.
Bisnis Ihsan
Mu’ti berpesan kunci dari berdagang jangan judes. Berilah pelayanan dan servis yang bagus dan itu adalah penerapan dari ihsan dalam kita ini berbisnis. Karena orang itu mau datang berniaga ke toko atau SPBU kita itu sebagian karena harga juga karena servis.
”Orang mau membayar lebih karena dilayani lebih. Orang akan ngomel kalau dilayani dengan ngomel,” sindirnya.
”Kita pastikan tempatnya bersih terutama toiletnya, dan mushalanya juga bersih. Sehingga nanti orang menjadikan SPBU ini tempat mereka isi bensin, tapi juga bisa sebagai tempat untuk istirahat (rest area). Dan itu menjadi nyaman dan menjadi pilihan,” tuturnya.
Karena itu maka ini akan menjadi percontohan sebagai unit usaha SPBU karena kita mengintegraskan konsep ihsan dalam pelayanan dan mengamalkan ajaran al-Quran tentang tijaroh.
Mu’ti berharap mudah-mudah-mudahan SPBU ini berhasil dengan pelayanan yang baik dan marketing dari mulut ke mulut. ”Karena pemasaran secara lisan itu lebih power full. Wis ora bayar dan orang itu percaya karena yang memasarkan sudah membuktikan,” tandasnya.
Bagaimana SPBU ini, sambung dia, menjadi SPBU yang tidak hanya berniaga tapi kita juga berdakwah dan kita menunjukkan Islam yang berkemajuan dari pelayanan SPBU ini. (*)
Penulis Slamet Hariadi Editor Sugeng Purwanto