PWMU.CO– Amil Lazismu Gresik mendapat dua penghargaan Lazismu Award yang diterima saat Rakernas di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Sabtu (11/12/2021) lalu.
Dua Lazismu Award itu kategori Amil Terbaik diterima oleh Minal Abidin dan Amil Penghimpunan Terbaik diberikan kepada Miftahul Huda. Penghargaan ini diberikan sebagai apresiasi kinerja para amil membesarkan Lazismu di daerahnya.
Kategori Amil Terbaik ada dua nominator. Satunya Sabar Waluyo dari Jawa Tengah. Pilihan kemudian jatuh pada Minal Abidin yang menjabat Branch Manager Lazismu Gresik.
Sedangkan kategori Amil Penghimpunan yang masuk nominasi ada tiga yaitu Ronny Megas dari Lazismu Sragen, Abdul Basyith dari Lazismu DIY, dan Miftahul Huda dari Lazismu Gresik. Amil penghimpunan terbaik diberikan kepada Miftahul Huda.
Minal Abidin menjelaskan, menjelang Rakernas, Lazismu Jawa Timur meminta setiap daerah menyerahkan portofolio para amil untuk dikirim ke pusat. ”Mungkin dari data portofolio itu dasar penilaiannya,” kata aktivis IMM dan Pemuda Muhammadiyah ini.
“Portofolio amil yang dikirimkan meliputi profil kinerja Lazismu, riwayat pendidikan amil, pengalaman organisasi, pelatihan, sertifikat keamilan,” kata Minal Abidin dihubungi Jumat (17/12/2021).
Dia menjelaskan, sejak 2017 memegang jabatan manajer Lazismu Gresik berhasil meningkatkan pertumbuhan penghimpunan zakat, infak, sedekah, dana sosial keagamaan (Ziska).
”Tahun 2016 penerimaan Rp 176 juta, pada tahun 2017 langsung tumbuh pesat jadi Rp 1,19 miliar. Terus naik pada tahun berikutnya yaitu 2018 Rp 2,645 miliar, 2019 Rp 3,276 miliar, dan 2020 ketika memasuki pandemi Covid-19 alhamdulillah masih bertahan Rp 3,2 miliar,” kata Minal Abidin yang pemegang sertifikat amil dasar BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) dan FOZ.
Dia menegaskan, penerimaan per November 2021 sudah di angka Rp 4,5 miliar. Dia yakin tutup buku pada Desember ini bisa mencapai angka Rp 5 miliar.
Kunci sukses menghimpun ziska, Abidin menjelaskan, menumbuhkan kesadaran bahwa amil itu mewarisi tugas nabi dan sahabat. Begitu juga di Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan itu pelopor filantropi.
”Substansi tugas amil itu menolong banyak orang. Ini kerja agama untuk siar Islam,” tandas alumnus Magister Hukum Ekonomi Syariah UMSurabaya ini yang mengoordinasi 10 personalia Lazismu Gresik.
Penghargaan ini, kata dia, bukanlah tujuan utama bekerja. Tetapi ini menjadi momentum titik nol di mana perbaikan diri dan kinerja menjadi amil Lazismu harus ditingkatkan.
Kreatif dan Target
Sementara Miftahul Huda yang terpilih sebagai Amil Penghimpunan Terbaik mengatakan, kerja amil itu harus kreatif, bisa pendekatan ke manapun, dan kerja dengan target.
”Awal sebagai amil baru saya mulai dengan target Rp 2 juta per bulan kemudian meningkat terus jadi Rp 5 juta, Rp 15 juta dan terakhir ini saya bisa menghimpun Rp 36 juta per bulan,” ujarnya.
Dia bercerita bisa menghimpun dana ziska sebesar itu dengan turun ke anggota Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan amal usaha seperti sekolah. ”Sabar membina dan menumbuhkan kesadaran berinfak kepada warga di ranting-ranting,” ujarnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto