Pergeseran Ruang Belajar
Pemantik berikutnya adalah dari Ir Sudarusman, Kepala SMA Muhammadiyah 10 Surabaya. Dia menyampaikan pendidikan harus mengikuti perkembangan zaman. Gelombang disrupsi teknologi tidak hanya merombak tatanan ekonomi dan bisnis abad ke 21. Tapi juga pendidikan sehingga mengubah pola hubungan sekolah, guru, siswa, dan orangtua.
“Percepatan teknologi menuntut untuk menjadi abnormal. Tidak cukup literasi data, literasi humanis, tapi juga literasi spiritualitas agar memiliki nilai-nilai kearifan,” ungkapnya.
Dia menegaskan, penggunaan teknologi membuat ruang kelas yang pasif menjadi lebih interaktif. Pembelajaran tidak dibatasi ruang dan waktu, lebih mandiri, dan berdasar kebutuhan. Pembelajaran bisa di rumah, mobil, taman, atau di sela-sela kegiatan.
Menurutnya, era ini menuntut terjadinya pergeseran dalam evaluasi pembelajaran juga. Evaluasi pembelajaran tidak hanya dari sekolah saja tetapi melibatkan keluarga dan masyarakat. Bentuk evaluasinya berupa penilaian autentik yaitu penilaian hasil belajar yang soal-soalnya berupa problema dalam kehidupan sehari-hari. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni