PWMU.CO– Imunitas hati dan lisan perlu dijaga supaya terhindar dari penyakit ruhani yang juga berbahaya di masa pandemi Covid-19.
Demikian isi pengajian Jumat Pagi yang disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan Dr Aziz Alimul Hidayat di Masjid Taqwa Babat, Jumat (17/12/2021).
Dia mengatakan, virus Covid varian baru bernama omicron saat ini menjadi diskusi para ahli epidemilogi. Virus jenis ini lebih tinggi daya penularannya, tetapi rendah derajat patologisnya.
”Prediksi para ahli epidemi, varian baru omicron tidak menimbulkan kegawatan atau kematian, apalagi di luar negeri belum ditemukan kematian akibat varian baru. Untuk itu membangun herd community sangat diperlukan sehingga mempercepat selesainya pandemi. Karena setelah semua orang terinfeksi secara massal dan antibodi semakin baik, akhirnya Covid-19 hilang dengan sendirinya,” kata Alimul Hidayat yang lulusan Ponpes Muhammadiyah Babat.
Alimul Hidayat menyampaikan, sebagai antisipasi varian baru ini, kita harus sehat dan memiliki imun yang baik. Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial yang sempurna.
”Jika kita sehat , maka hendaklah bersyukur kepada Allah subhaanahu wa taala. Virus Covid-19 atau varian baru itu sunatullah. Kita tingkatkan imunitas, tetap waspada dan tidak perlu cemas yang berlebihan,” kata mantan wakil rektor UMSurabaya ini.
Menurut dia lebih penting juga adalah imunitas hati yang sehat, biasa disebut qalbun salim. Hal ini diterangkan di dalam al-Qurah surat ash-Shaffat: 84. ”Ingatlah, ketika dia datang kepada Tuhannya dengan hati yang sehat.”
Pada ayat lain, sambung dia, disebutkan pula tentang qalbun salim yaitu di hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang sehat. (Asy-Syu’araa’: 88-89).
”Sehat jasmani dan ruhani akan menjadikan seseorang aktif dalam aktivitas sosial,” tutur Alimul Hidayat.
Dia menyatakan, seluruh tubuh sakit, kecuali lisan dan hati. Contoh pemahaman tentang arti sakit, hanya secara fisik, akan tetapi secara mental, ruhani, sosial, spiritual sehat.
”Karena dengan hati dan lisan, perilaku manusia dapat menentukan manusia berperilaku sesuai dengan norma, jika manusia menggunakan hatinya akan mempercepat kesembuhan penyakit jasmani,” jelasnya.
Dia menambahkan, seseorang yang sakit ruhani, maka obatnya adalah al-Quran. ”Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Al-Israa’: 82).
Bahkan diterangkan, kata dia, al-Qur-an dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit jasmani maupun penyakit ruhani.
Mengakhiri ceramahnya, dia menerangkan fenomena di masyarakat terkait literasi digital. Mereka menggunakan media sosial sangat tidak bijak dalam menyebarkan informasi, termasuk masalah Covid atau masalah keagamaan tanpa mengetahui kebenarannya.
Ini akan memengaruhi pikiran emosi seseorang yang akhirnya akan meyakini kebenaran di media walaupun belum tahu kebenarannya. ”Jika kebenaran dan kebohongan sulit dibedakan, maka kebohongan atau kesalahan dapat menjadi kebenaran,” ujarnya.
Sebagai seorang muslim, tambah dia, seharusnya menggunakan akal dan hati secara jernih, melalui pencarian, kebenaran berbasis bukti ilmiah. (*)
Penulis Hilman Sueb Editor Sugeng Purwanto