PWMU.CO – Gagal Final ME Awards 2021, santri Pondok Modern Muhammadiyah Pakusari (PMMP) Jember Jundi Madani Emha malah dapat tawaran tausiah.
Jundi Madani Emha gagal melaju ke final Lomba Pidato Bahasa Arab ME Award 2021 Special Edition. Hal ini menjadi pengalaman pertama bagi remaja yang akrab dipanggil Jundi ini.
Namun ada hikmah di balik kegagalannya. Jundi mendapat permintaan untuk memberi tausiah di Milad Ke-12 PAUD Dinar Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) Tanggul, Kabupaten Jember, Sabtu (18/12/2021)
Tahapan Perkembangan Anak
Dalam tausiahnya, siswa yang terdaftar sebagai siswa kelas 1 SMA Muhammadiyah 3 Jember ini menjelaskan bahwa dunia anak-anak berbeda dengan dunia orang dewasa. Dunia anak-anak penuh dengan teriakan, ketulusan, bergerak, bermain dan suka mengamati hal-hal yang baru serta juga banyak bertanya.
“Para ulama dan ahli psikologi berbeda pendapat dalam pembagian perkembangan anak. Namun ada kesepakatan bahwa tahapan itu dibagi menjadi tiga. Pertama tahapan anak-anak usia dini atau balita. Kedua tahapan anak setelah balita sampai sebelum baligh. Dan ketiga tahapan baligh atau remaja sampai dewasa,” jelas Jundi di hadapan emak-emak wali murid PAUD Dinar Nasyiah dan anggota Nasyiatul Aisyiyah.
Dia memaparkan tahapan pertama mempunyai dua kekhususan. Yaitu perkembangan jasmani dan kekhususannya. Seperti kapan anak bisa berdiri, berjalan ataupun duduk. Perkembangan akal dan kekhususannya saat anak berusia delapan sampai dua puluh bulan. Pada usia ini anak sudah bisa bicara dengan kalimat-kalimat pemula sepeti mama, papa, gak, iya dan lain-lain.
“Pada usia empat tahun, anak mulai banyak bertanya. Mereka akan bertanya dengan pertanyaan yang terkadang belum terjangkau oleh otaknya. Namun hal ini disebabkan karena rasa keingintahuannya besar. Di sinilah sangat dibutuhkan kesabaran orang tua atau pendidik,” paparnya.
Pada usia lima tahun, lanjutnya, anak sudah berbicara dengan lancar. Pandai bercerita dan cepat meniru apa-apa yang membantu perkembangan akal dan bahasanya. Anak juga mempunyai rasa kepo (knowing every particular object), berkhayal karena hal ini menurut mereka adalah hal yang asyik dan menyenangkaan.
“Oleh karena itu ibu-ibu jangan marah jika anak-anak mempunyai sifat seperti yang saya sebut tadi. Daripada punya anak yang diam saja, kan tidak enak karena tidak ada hiburan. Jangan-jangan akalnya tidak berkembang,” seloroh Jundi disambut tawa hadirin.
Dididik Beribadah Kepada Allah SWT
Setelah mengetahui tahapan perkembangan anak, sambungnya, maka barulah anak dididik untuk beribadah kepada Allah agar menjadi anak yang shalih dan shalihah.
“Ibu-ibu pasti hapal hadits tentang tiga hal yang pahalanya tetap mengalir meski kita meninggal dunia. Salah satunya adalah doa anak yang shalih atau shalihah. Meskipun orangtua meninggal, maka doa anak yang shalih dan shalihah bisa membawaa orangtua ke surga,” terangnya.
Dia juga menceritakan kisah Rumini, anak shalihah yang begitu berani tetap menemani ibunya yang terbaring sakit saat terjadi letusan Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang.
“Kisah ini memberi kita pelajaran bahwa anak yang shalih dan shalihah pasti berbakti kepada orang tuanya. Hal ini dikarenakan dia teringat bahwa orang tuanyalah yang merawatnya dari kecil,” ungkapnya. (*)
Penulis Humaiyah. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.