Nikmat Rindu
Aisah Dahlan mengimbau agar memandang rindu sebagai nikmat yang perlu disyukuri. “Karena saat rindu ini kita syukuri, diharapkan tidak melanggar peraturan, baik peraturan Allah dan dunia,” terangnya.
Dia mencontohkan saat istri sangat rindu pada suaminya. “Suami lagi rapat di kantor, ujuk-ujuk kita datang, masuk ke ruang rapat, kita peluk suami. Itu suaminya nanti malu,” jelas dr Aisah.
Atau ketika orangtua merindukan anaknya di boarding school. “Belum waktunya nengok kita datang terus, telepon terus,” tambahnya.
Kata dr Aisah, obat rindu adalah pertemuan. “Tapi di antaranya ada proses yang panjang. Seperti halnya rindu pada Allah dan Rasulullah. Kita rindu karena tau siapa Rasulullah dengan mengaji dan mengkaji,” tuturnya.
Karena proses menunggunya lama, lanjur Aisah, maka banyak yang mengatakan rindu itu berat. “Ada naik-turun dari level emosi tadi, tentu semua terasa di qalbu,” ujarnya.
Energi rindu, kata dr Aisah, bisa meningkatkan produktivitas. Maka dia menyarankan, “Jauhi menyendiri dan tontonan yang galau, nanti mencetuskan lagi hal-hal yang membuat rindu atau galau. Lakukan hal-hal yang bermanfaat!”
Jantung, Titik Kalbu
Aisah Dahlan juga menjelaskan, semua hormon masuk ke pembuluh darah dan bermuara di jantung. Lalu jantung memompa lagi hormon-hormon tersebut ke seluruh tubuh. Muncullah keringat dingin, merinding, badan melakukan aktivitas fisik luar biasa, bahkan sampai menunda tidur dan lapar.
Hasil studi dr J Andrew Armour dari Montreal Canada (1991), kata dr Aisah, di bilik jantung juga ada 4000 neuron. “Saat kita belajar atau mengaji, bukan hanya di otak saja yang tersambung neuronnya membentuk memori, tapi di jantung kita juga tersambung dan membentuk memori,” terangnya.
Karena itu, para ulama dan ahli mengatakan, qalbu merujuk pada jantung. Dia menerangkan, “Imam Al Ghazali mengatakan di dalam jantung ada titik kalbu, suara Tuhan. Koneksi neuron itu harus diperkuat dengan kita mengaji dan mengkaji!”
Dengan begitu, lanjutnya, terjadi sambungan-sambungan neuron di jantung. Aisah pun menyimpulkan, mengatasi dan mengelola rindu harus kita kembalikan dengan mengingat Allah. “Karena informasi di otot jantung akan menetralisir hormon-hormon yang jalan di pembuluh darah jantung,” jelas dia.
Harapannya, dengan mengaji dan mengkaji, pola-pola suara Tuhan di kalbu (jantung) juga tersambung. “Suara kalbu memberi informasi ke otak untuk ‘Sudah, begini aja, nggak usah terlalu dipikirkan!’,” ujarnya.
Agar selalu dirindukan, Aisah Dahlan mengimbau banyak berbuat kebajikan. “Karena tubuh kita satu mekanisme holistik yang luar biasa, tubuh kita membroadcast yang kita pikirkan, rasakan, doakan, niatkan. Maka sampai juga pada orang-orang dan banyak yang merindukan kita,” imbuhnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni