PWMU.CO – Muhammadiyah dan organisasi otonomnya tak pernah lelah dalam menghentikan praktik prostitusi. Penutupan beberapa titik lokalisasi prostitusi di Kota Metropolitan Surabaya seperti Dupak Bangunsari, Tambak Asri, Putat, dan Dolly, tak lepas dari partisipasi aktif Muhammadiyah.
Setelah penutupan lokalisasi prostitusi di dunia nyata itu, kini perhatian Muhammadiyah ditujukan pada prostitusi on line. Seperti yang diupayakan oleh Nasyiatul Aisyiyah, salah satu ortom Muhammadiyah.
(Baca: Para Pemuda di Eks-Lokalisasi Ini Khatamkan Baca Quran dalam Semalam dan Ketika Mantan PSK Belajar Tata Cara Shalat dengan Benar)
Sebagai respon atas maraknya prostitusi di dunia maya, Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiah (PDNA) Kota Surabaya mengadakan ‘Dialog Cerdas Refleksi Akhir Tahun Perempuan Surabaya’ dengan tema ‘Darurat Prostitusi Online’. Kegiatan yang diikuti ibu-ibu muda, mahasiswa, dan pelajar ini berlangsung di Millenial Canteen UMSurabaya, Kamis (29/12).
Penanggungjawab acara, Musyaiyidatul Ummah, menjelaskan, acara ini merupakan partisipasi aktif Nasyiah dalam merespon problem sosial di Kota Surabaya, khususnya menyangkut persoalan prostitusi. “Meskipun secara fisik lokalisasi prostitusi di Surabaya sudah ditutup, tapi pada kenyataannya prostitusi berainkarnasi dalam berbagai wujud, termasuk prostitusi online,” kata Datul, panggilan karibnya.
(Baca juga: Temui DPRD dan MUI, AMM Sampaikan Tuntutan atas Pornoaksi yang Digelar Komunitas Motor di Kota Santri Gresik)
Dalam sambutan pembukaan, Drs Hamri Al Jauhari MAg, yang mewakili Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya mengatakan pasca ditutupnya berbagai lokalisasi di Surabaya, para PSK tetap berusaha untuk menjalankan ‘pekerjaan’ mereka dengan cara-cara yang lebih modern. “Mereka kini menggunakan media online dan masuk ke apartemen-apartemen sehingga sulit terdeteksi,” kata dia. Berdasarkan data Dinas Sosial Kota Surabaya, jumlah mantan PSK yang ditutup Pemkot Surabaya mencapai 7000-an. Bersambung ke halaman 2 …