Pesan Keteladanan
Dari tiga sosok raja luar biasa tadi, Aditama mengimbau kepada siswa kelas IV-VI agar tak merasa paling hebat hanya karena tingkatan kelasnya lebih tinggi. Dia juga menyarankan, agar menjadikan kekuatan spiritual—ditopang keimanan—sebagai semangat menuntut ilmu.
Aditama mengutip HR Abu Hurairah, “Orang yang kuat bukan yang banyak mengalahkan orang dengan kekuatannya. Orang yang kuat, bisa menahan dirinya saat marah.”
Orang yang kuat, lanjutnya, bukan yang pandai berkelahi, namun orang yang kuat mampu mengendalikan hawa nafsu ketika marah. “Jadi anak-anakku, kalau kamu dalam keadaan marah dan kamu luapkan ke temanmu, berarti kamu dalam keadaan kalah, bukan menang. Kamu bukan pemenang!” tegasnya.
Adab Keataatan
Amanatnya yang kedua berkenaan dengan adab ketaatan. Sami’na wa atha’na, saya mendengar saya taat. Aditama menegaskan, “Adab ini penting bagi kita sebagai umat Muslim!”
Dia mengisahkan ada seorang anak yang taat beribadah. Bahkan anak itu membuat tempat khusus untuk beribadah kepada Allah Swt. Ketika dia shalat dan sang ibu memanggil, dalam hatinya bertanya, “Ya Allah saya memenuhi panggilan ibu atau melanjutkan shalat?”
Dia akhirnya tetap melanjutkan shalatnya. Begitupula ketika esok harinya sang ibu memanggil. Karena ibunya marah panggilannya tidak dipenuhi, sang ibu berdoa, “Ya Allah, karena saya panggil-panggil nggak mendengar panggilan saya, jadikan anak saya ini semoga kena fitnah yang besar.”
Akhirnya anak itu mendapat teguran dari Allah dengan fitnah yang luar biasa, sehingga anak itu mendapat hukuman sosial. Aditama menyimpulkan, itulah gambaran jika seorang anak bagus ibadahnya kepada Allah SWT tapi tidak mengutamakan ibadah kepada sesama manusia: adab dipanggil orangtua.
“Bagaimana menghormati ayah bunda? Ayah bunda di rumah adalah orang yang melahirkan kita, tapi ayah bunda yang di sekolah adalah ustad-ustadzah,” ujarnya.
Kemudian dia mengingatkan pentingnya anak-anak membiasakan salam, salim, senyum, dan sapa ketika bertemu ustad-ustadzah. “Berlian School mencetak kader yang berlian secara iman, ilmu, dan etika/karakter!” tuturnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni