Serangan Umum
Awal Februari sewaktu berada di Pacitan Jawa Timur, Jenderal Soedirman menerima surat dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX melalui kurir. Surat berisi tentang arahan Sultan agar dunia internasional paham bahwa Indonesia dan tentaranya masih ada maka perlu untuk dilakukan sebuah aksi militer.
Membalas surat Sultan melalui kurir, Jenderal Soedirman menyatakan setuju usulan tersebut dengan berkoordinasi dengan pasukan-pasukan yang masih ada di sekitar Yogyakarta.
Jenderal Sudirman menunjuk Letkol Soeharto Komandan Wehrkreise III dan Brigade X Yogyakarta sebagai koordinator lapangan untuk menjalankan usulan Sri Sultan setelah berdiskusi dengan Kolonel Bambang Sugeng Panglima Divisi III dan Letnan Kolonel Wiliater Hutagalung seorang dokter yang juga menjadi perwira teritorial.
Sri Sultan menyampaikan pesan Jenderal Sudirman kepada Letkol Soeharto agar memimpin serangan yang dimaksud. Seluruh pasukan yang disiapkan melakukan serangan diminta Sultan mengenakan janur kuning di leher, tangan atau kepala sebagai simbol keselamatan mengambil kisah Hanoman Obong.
Serangan yang digagas Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan disetujui Jenderal Sudirman sukses dijalankan oleh Letkol Suharto tepat pada 1 Maret 1949 pukul 06.00, tercatat dalam sejarah sebagai Serangan Umum 1 Maret bersandi Operasi Janur Kuning. Atas usul TB Simatupang keberhasilan TNI menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam disiarkan melalui RRI direlay Radio Rimba Raya Aceh hingga menyebar ke seluruh dunia.
Keputusan Jenderal Soedirman melakukan strategi gerilya dan keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 membawa pemimpin-pemimpin politik Indonesia lebih dihormati keberadaannya oleh pihak luar negeri termasuk Belanda.
Baca sambungan di halaman 4: Usul Bulan Pengakuan Kedaulatan Indonesia