PWMU.CO– Perkaderan Muhammadiyah ada dua kategori. Yaitu perkaderan utama dan fungsional. Demikian dijelaskan Ketua Majelis Pendidikan Kader PDM Lamongan Fathurrahim Syuhadi di acara Baitul Arqom PCM Lamongan di Prigen, Senin (20/12/2021).
Dia menjelaskan, perkaderan utama yaitu kaderisasi pokok yang dilaksanakan dalam bentuk pelatihan untuk menyatukan visi dan pemahaman nilai ideologis dan aksi gerakan Muhammadiyah. Materi kajiannya sudah standar. Contoh, Darul Arqam dan Baitul Arqam.
”Darul Aqram itu kaderisasi yang utama dan khas dalam Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Bertujuan membentuk cara berpikir dan bersikap kader dan pimpinan yang kritis, terbuka dan berkomitmen terhadap gerakan Muhammadiyah,” kata Fathurrahim.
Darul Arqam, kata dia, diselenggarakan di tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan AUM. Perbedaan pada tingkatan tersebut adalah mengenai waktu, cakupan keluasan materi, segmentasi dan kualifikasi peserta.
Darul Arqam tingkat pusat selama satu pekan, tingkat wilayah selama lima hari dan pimpinan AUM selama empat hari. Peserta Darul Arqam diprioritaskan untuk Pimpinan Persyarikatan, Unsur Pembantu Pimpinan dan pimpinan tertentu (top manager) Amal Usaha Muhammadiyah
Baitul Arqam
Beda lagi dengan Baitul Arqam. Dijelaskan, ini merupakan modifikasi dan penyederhanaan dari Darul Arqam yang diselenggarakan untuk tingkat Pimpinan Daerah, Cabang dan Ranting serta AUM.
Sasarannya mulai simpatisan, anggota, pimpinan Muhammadiyah dan pimpinan (middle manager ke bawah) serta karyawan Amal Usaha Muhamamdiyah.
”Modifikasi dan penyederhanaan ini dilakukan dari sisi waktu penyelenggaraan serta kurikulumnya. Baitul Arqam untuk tingkat Daerah selama tiga hari, tingkat Cabang dan Ranting selama dua hari dan untuk pimpinan AUM selama tiga hari dan karyawan selama dua hari,” ujarnya.
Penyederhanaan ini dirancang agar kegiatan kaderisasi dapat menjangkau peserta yang lebih luas terutama para anggota, simpatisan dan pimpinan yang tidak dapat mengikuti kegiatan Darul Arqam dalam waktu yang lama.
Perkaderan Fungsional
Sedangkan Perkaderan Fungsional, kata Fathurrahim, kegiatan kaderisasi yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, kursus atau kajian intensif yang terstruktur. Tidak ditetapkan standar kurikulumnya secara baku. Diadakan untuk kebutuhan dan fungsi tertentu dari majelis atau lembaga.
”Perkaderan fungsional dilaksanakan sebagai pendukung perkaderan utama dan guna pengembangan secara fleksibel sesuai jenis pelatihan serta kebutuhan dan kreativitas masing-masing penyelenggara,” tuturnya.
Dia menjelaskan contoh-contoh perkaderan fungsional seperti pertama, Sekolah Kader sebagai tempat pendidikan kader pelajar dan mahasiswa. Contoh kader ulama tarjih.
Kedua, Pelatihan Instruktur. Kegiatan kaderisasi pendukung yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kader Muhammadiyah sebagai pelatih (instruktur) dalam mengelola dan melaksanakan berbagai bentuk kegiatan kaderisasi.
Pelatihan Instruktur tingkat pusat selama lima hari, tingkat Wilayah selama empat hari, tingkat Daerah dan Cabang selama tiga hari.
Ketiga, Dialog Ideopolitor. Ini dialog ideologi, politik dan organisasi. ”Merupakan kaderisasi bagi pimpinan Persyarikatan dan AUM yang didesain dalam bentuk dialog dengan panelis dan diskusi dengan sesama peserta dalam bentuk dinamika kelompok,” ujarnya.
Pokok bahasannya, sambung dia, seperti peta mutakhir ideologi politik, ekonomi dan gerakan keagamaan yang berkembang di Indonesia, baik dalam skala lokal maupun regional dan nasional.
Keempat, pelatihan yang diselenggarakan oleh majelis dan lembaga. Contoh, pelatihan ilmu falak (Majelis Tarjih dan Tajdid), pelatihan kader muballigh (Majelis Tabligh), pelatihan kewirausahaan (Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan), pelatihan kader lingkungan (Majelis Lingkungan Hidup).
Kelima, Pengajian Pimpinan. Kegiatan terbatas bagi pengembangan wawasan dan pendalaman nilai-nilai ideologi gerakan Muhammadiyah diikuti oleh pimpinan persyarikatan, Ortom dan AUM ditambahi kalangan tertentu yang dipandang perlu.
Salah satu bentuk pengajian pimpinan yang rutin diadakan adalah Pengajian Ramadhan.
Keenam Pengajian Khusus. Sebagai media internalisasi dan peneguhan paham agama dan ideologi gerakan Muhammadiyah bagi segenap warga persyarikatan di lingkungan masing-masing.
Ketujuh, Pelatihan Tata Kelola Organisasi atau Up Grading. Memberikan bekal kemampuan manajerial dan administratif bagi pimpinan Persyarikatan serta pengelola Amal Usaha Muhammadiyah. Tujuannya dapat menjalankan amanah kepemimpinan dan pengelolaan secara profesional.
Kedelapan, Diklat Khusus. Pendidikan dan pelatihan ini berorientasi pada pengembangan sumberdaya kader dan pemekaran potensinya sehingga bisa mendukung peran kader di luar persyarikatan dan menjadi pintu masuk bagi simpatisan dan calon kader Muhammadiyah.
Di antara bentuk diklat khusus ini seperti Diklat Jurnalistik, Pelatihan Pengembangan Kapasitas Kecerdasan Emosional dan Spiritual, Diklat Kepemimpinan dan Outbound Training.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Sugeng Purwanto