Apakah gejala penyakit yang disebabkan oleh varian Omicron lebih parah daripada varian lainnya?
Gejala infeksi varian Omicron umumnya bersifat asimptomatis, atau bergejala ringan. Walaupun demikian sejatinya kita harus tetap berhati-hati dan waspada.
Khususnya bagi mereka yang tergolong rentan terhadap infeksi virus penyebab Covid-19 ini, misalnya memiliki penyakit penyerta, mengingat sudah adanya pasien varian Omicron yang dilaporkan meninggal dunia di Inggris.
Gejala klinis varian Omicron yang ringan atau hampir tidak bergejala ini dapat menjadikan seseorang abai dan tetap dapat beraktivitas seperti bias. Bahkan dapat bebas bepergian atau kumpul-kumpul bersama.
Sehingga bisa saja hal ini merupakan salah satu faktor pemicu kecepatan penyebaran varian Omicron di masyarakat. Apalagi belakangan ini penerapan protokol kesehatan cenderung mulai diabaikan oleh sebagian masyarakat.
Adapun gejala yang paling umum dirasakan adalah batuk, kelelahan, hidung tersumbat dan pilek. Sebagaimana dilansir https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/ tanggal 10 Desember 2021, Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan bahwa penderita Covid-19 varian Omicron paling banyak mengeluhkan gejala batuk sekitar 89 persen, mudah lelah 65 persen, dan pilek atau hidung tersumbat sebanyak 59 persen.
Selain ketiga gejala utama tersebut gejala lain yang dialami penderita Covid-19 varian Omicron adalah demam (38 persen), mual atau muntah (22 persen), sesak napas (16 persendiare (11 persen), dan anosmia atau hilangnya kemampuan penciuman (8 persen).
CDC juga melaporkan bahwa varian Omicron dapat menginfeksi kelompok umur 18-39 tahun (58 persen), diikuti kelompok 40-64 tahun (23 persen), kelompok umur 65 tahun ke atas (9 persen), dan 18 tahun ke bawah (9 persen).
Apakah vaksin Covid-19 tetap protektif terhadap varian Omicron?
Hingga saat ini para peneliti masih terus melakukan penelitian tentang apakah vaksin yang saat ini beredar masih efektif untuk mengatasi varian Omicron. Beberapa penelitian yang dilakukan masih sangat terbatas dan masih pada skala laboratorium.
Menurut Pfizer dan BioNTech https://www.pfizer.com/news/press-release/ dalam siarana pers nya dilaporkan bahwa studi laboratorium awal menunjukkan bahwa tiga dosis Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech dapat menetralkan varian Omicron, sementara dua dosis vaksin menunjukkan adanya penurunan titer antibodi netralisasi.
Data menunjukkan bahwa dosis ketiga vaksin Pfizer BioNTech mampu meningkatkan titer antibodi sebesar 25 kali lipat dibandingkan dengan dua dosis terhadap varian Omicron. Karena 80 persen epitop dalam protein spike (S) virus yang dikenali oleh sel T CD8+ maka efektifitas vaksin tidak terpengaruh oleh mutasi pada varian Omicron, dua dosis masih dapat menginduksi perlindungan terhadap tingkat keparahan penyakit dan perawatan di Rumah Sakit.
Laman Discovery Health, https://www.discovery.co.za/corporate/news-room pada tanggal 14 Desember 2021, melansir info penelitian yang dilakukan di Afrika Selatan terhadap lebih dari 211.000 hasil tes positif Covid-19.
Disebutkan bahwa vaksinasi Pfizer-BioNTech dua dosis memberikan perlindungan 70 persen terhadap komplikasi parah Covid-19 yang memerlukan rawat inap, dan perlindungan 33 persen terhadap infeksi Covid-19, selama gelombang Omicron saat ini.
Selain itu, bagi individu yang pernah menderita Covid-19 sebelumnya, memiliki risiko infeksi ulang dengan Omicron dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa, sementara orang dewasa 29 persen lebih kecil kemungkinannya dirawat di rumah sakit yang disebabkan oleh Omicron. Untuk anak-anak 20 persen berisiko dirawat di rumah sakit akibat varian Omicron. Namun demikian berdasarkan berbagai laporan disebutkan bahwa penyakit parah jarang terjadi pada pasien yang telah divaksinasi lengkap.
Vaksinasi memberikan perlindungan 70 persen terhadap rawat inap, dan dilaporkan bahwa bahwa vaksin tetap menjadi pertahanan terbaik terhadap semua varian yang beredar, termasuk Omicron.
Baca sambungan di halaman 3: Bagaimana dengan mutasi varian Omicron?