Replika Candi
Munali ST MPd peserta CKS dari SMK Muhammadiyah 7 (SMK Mutu) Gondanglegi—SMK pilot project Kemenko Perekonomian—menggelar modul pembelajaran. “Produk ini dihasilkan dari beberapa RPP yang ada di sini,” ujarnya.
Kemudian, dia memamerkan replika Candi Muara Takus berbahan kardus bekas. “Untuk membuat anak-anak lebih mudah mengingat sejarah, anak-anak diminta membuat replika ini,” ujar dia menerangkan produk project-based learning mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan-Sejarah.
Dengan pembelajaran berbasis proyek, siswa tidak harus mengerjakan di sekolah namun tetap dalam pendampingan. “Dalam waktu dua minggu, anak-anak harus selesai, disebut!” imbuhnya.
Selain itu, dia menggelar produk sekolahnya berupa jahe merah ekstrak ‘Jamoeku’. “Ini sedang proses penerbitan izin BPOM. Kemarin kita sudah bekerja sama dengan UMM untuk uji klinis,” ungkapnya. Selain itu, ada pula produk sabun cuci piring ‘Farclean’ dan hand sanitizer ‘Fartis’.
Berikut sebagian SMA dan SMK yang menghasilkan produk buku dari Diklat CKS itu atau memamerkan produk buku sekolahnya.
Buku Panduan Kedisiplinan
Peserta CKS dari SMK Muhammadiyah 1 Nganjuk Faviru Samodra ST mengenalkan Buku Panduan Kedisiplinan “Character Building”. Di dalamnya memuat data pelanggaran dan pembinaan siswa.
Ada juga bagian yang memaparkan empat jenis kegiatan kedisiplinan dan tahapan pembinaan siswa yang melanggar. Keempat jenis kegiatan itu meliputi kedisiplinan masuk kelas di jam pertama, di halaman pintu masuk, pembelajaran di bengkel, dan shalat Dhuhur berjamaah dan shalat Dhuha.
Selain itu, ada Buku Saku Kedisiplinan Siswa. Buku mini seukuran saku ini wajib dibawa setiap hari ke sekolah dan ditunjukkan ketika ada pelanggaran. Di dalamnya ada ketentuan kedisiplinan dan pembinaan siswa yang memuat 18 poin tata tertib.
Karena SMK berbasis keterampilan, Faviru menegaskan siswa harus punya napas kedisiplinan, terutama yang menyangkut keselamatan kerja. “Karena SMK itu kalau nggak disiplin, bahaya,” ucapnya. Jika tidak disiplin saat praktik kerja, lanjutnya, bisa menyebabkan cedera.
Terkait produknya, Faviru menerangkan, “Sebelumnya siswa diberi sosialisasi dulu. Nanti dilihat berapa kali (pelanggaran), tentu dengan pembinaan. Tindak lanjutnya nanti melalui BK, orangtua dipanggil.”
Baca sambungan di halaman 3: Buku Panduan Penyelenggaraan Workshop