PWMU.CO– Aktualisasi tauhid dalam kehidupan sehari-hari dikupas oleh Ketua PDM Lamongan Shodiqin saat pembukaan Baitul Arqam PCM Lamongan di Masjid Al Alzhar Lamongan, Senin (20/12/2021) lalu.
Baitul Arqam diikuti oleh guru dan karyawan sekolah Muhammadiyah di bawah PCM Lamongan.
Shodiqin mengatakan, dalam ber-Islam ada tiga hal yang harus dijalani. Pertama salimul aqidah atau keselamatan aqidah.
Menurut dia, tauhid selalu diuji apalagi akhir Desember dan awal Januari. Terutama di medsos, ada dampak pada anak usia 18 tahun yang mengatakan kepada orang tuanya, bahwa di umur 18 tahun mereka bebas memilih agama.
”Mereka itulah yang kita hadapi dan realitanya seperti itu dan harus menjaga salimul aqidah agar selamat,” ujar Shodiqin.
Kedua, menjaga shohihul ibadah atau ibadahnya shohih. Di dalamnya benar tidak ada hal-hal baru yang melekat, yang seakan-akan menjadi agama karena dipraktikkan oleh orang-orang yang beragama.
”Kita harus hati-hati karena ada amalan tidak pernah diperintah oleh Rasulullah apalagi oleh Allah swt yang melekat pada ibadahnya seseorang. Ini yang harus kita jaga bahwa ibadah kita benar ,” ujarnya.
Ketiga, akhlaqul karimah. Akhlak mulia. Ini terkait dengan tugas menjadi seorang pendidik. ”Kalau tiga ini sudah kita laksanakan dengan baik maka, akidahnya selamat, ibadahnya shohih dan akhlaknya mulia, innsyaa Allah kita sudah benar dalam beragama,” tuturnya.
Praktik Tauhid
Shodiqin menerangkan, makna tauhid berarti mengesakan Allah. Artinya, kita benar-benar hanya menyembah kepada Allah. Tidak menyekutukannya dengan sesuatu.
”Tauhid dimulai dengan tasdiqun bilqalbi, wa ikraru bil-lisani wa amalu bil-arkaan. Artinya, ada kebenaran dalam hati kita, yang kebenaran itu sudah kita lakukan saat berada di dalam kandungan ibu kita,” tuturnya.
Dia lalu menyitir surat al-A’raf: 172, ketika anak-anak keturunan Adam masih di alam tulang sulbi ditanya alastu birabbikum (Bukankah aku Tuhanmu)? Jiwa manusia menjawab qoolu bala syahidna. (Mereka menjawab, benar, kami bersaksi).
Ketika manusia lahir dan dewasa, hati nurani dan akalnya membenarkan keberadaan Tuhan itu. Kemudian ikraru bil-lisan seperti mengucap laa ilaha illallah, laa haula walaa quwwata illa billah, astaghfirullah.
Setelah itu wa amalu bil-arkaani yang kita amalkan dengan tindakan, perbuatan. ”Kita berbicara tentang implementasi, maka mengarah ke amal perbuatan dan aktualisasi tauhid, berarti ke hadirat Allah di hati kita di saat kita sedang apa saja kalau kita sendirian,” ujarnya.
Kita merasa di mana saja kita bersama Allah dan itu bisa kita latih 24 jam bersama Allah dalam keseharian kita.
Shodiqin mencontohkan ketika mau tidur, kita baca istighfar dan bismika allahumma ahya wa bismika amuut maka tidur kita bersama Allah begitu menjelang pagi sekitar jam tiga, kita bangun, kita baca istighfar dan alhamdulillah.
Pagi sudah bersama Allah, kita masuk dan keluar rumah membaca doa bersama Allah. Keluar rumah pergi ke masjid merasa bersama Allah. Menghadirkan Allah di mana saja dan mengimplementasi kehidupan kita.
”Saat kita merasa kesulitan, kita merasa bersama Allah, mengelola persyarikatan Muhammadiyah dan berjuang bersama Allah dan kalau kamu merasa menolong Allah maka Allah akan menolongmu,” ujarnya mencontohkan aktualisasi tauhid. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Sugeng Purwanto