Amini Koertomo, Kenangan Sosok Penggalang Dana diceritakan oleh Siti Asfiyah, aktivis Aisyiyah Kota Surabaya.
PWMU.CO– Sosok perempuan kecil yang trengginas dan cekatan itu, saya kenal lebih dekat saat melaksanakan program regenerasi pengurus Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah 2 Jl. Kebonsari, Kota Surabaya. Sepanjang tahun 2015.
Sebagai Koordinator Divisi Kelembagaan Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) Pimpinan Daerah Aisyiyah, saya harus menata amal usaha sosial sesuai dengan Pedoman Pimpinan Pusat Aisyiyah No. 164 Tahun 2013 tentang Amal Usaha Kesejahteraan Sosial.
Perempuan itu adalah Ibu Amini Koertomo (78). Waktu itu menjadi ketua Panti Asuhan Putri 2 Kebonsari. Saat itu masa kepengurusannya berakhir dan tidak boleh mencalonkan lagi karena sudah menjabat dua periode.
Kami sowan ke panti menyampaikan pemilihan pengurus panti baru melalui tahapan dan rekrutmen secara profesional sesuai peraturan amal usaha.
Diskusi cukup alot untuk menerapkan peraturan tersebut. Tim MKS sempat dikomentari dalam bahasa Jawa, ”Jeng, njenengan iki isih nom, gak ngerti piye susahe mbangun lan ngramut panti, kok arep ganti pengurus ndadak gawe lamaran, dites lan liyo-liyane. Apa nanti bisa dijamin bahwa yang terpilih benar-benar mau bekerja sosial? Di panti itu tidak ada gajinya loh.”
Kami lantas menjelaskan peraturan amal usaha kesejahteraan sosial Aisyiyah. Butuh waktu dua bulan untuk bisa memahamkan kepada pengurus termasuk kepada perempuan yang lahir di Cepu, 21 April 1943 ini.
Bu Amini pengalaman menjadi Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Surabaya selama dua periode. Karena itu sangat kritis menanggapi peraturan organisasi termasuk amal usaha kesejahteraan sosial ini.
Akhirnya terpahamkan dan proses seleksi pergantian pengurus panti berjalan lancar. Bu Amini diposisikan menjadi penasihat di kepengurusan baru periode 2015-2019.
Bu Amini bercerita, menjadi pengurus panti itu dekat surga tapi juga dekat neraka. Banyak infak zakat yang diserahkan ke panti untuk anak-anak yatim kalau amanah menjaganya pasti mendapatkan surga. Tapi kalau khilaf sampai menyelewengkan amanah bisa masuk neraka.
”Karena itu saya sangat hati-hati menjaga amanah infak zakat. Saking hati-hatinya saya dikatakan cerewet dan ketat,” ujarnya.
Pencari Donatur
Kiprah lain yang dilakukan oleh ibu dengan lima putra-putri ini menjadi motivasi kita yaitu gigih menjadi pencari donatur untuk pembangunan Masjid Baitul Halim di Perguruan Muhammadiyah Lakarsantri di Jl. Raya Bangkingan.
Bu Amini rutin mengasuh beberapa pengajian ibu-ibu. Jamaahnya banyak. Mulai di daerah Perak, Wiyung, Rungkut, Sidotopo, Ampel. Dia juga menjadi Ketua PCA Wiyung selepas dari PDA Kota Surabaya.
Setiap awal Ramadhan, Panitia Pembangunan Masjid dan Perguruan Muhammadiyah PCM Lakarsantri datang ke rumahnya di lorong Wiyung Gang V titip proposal penggalangan dana. Jumlahnya cukup banyak sampai 100 amplop.
Pertengahan Ramadhan, panitia ditelepon untuk mengambil amplop proposal yang sudah dikembalikan jamaah. Itu terjadi dua kali Ramadhan hingga masjidnya sekarang sudah bisa digunakan siswa dan guru MI Muhammadiyah 28 Bangkingan.
Awal tahun 2021 kami mendapat kabar nenek dari 13 cucu dan 1 cicit ini sakit. Kami bersama-sama pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah 2 Kebonsari Kota Surabaya bertandang ke rumahnya.
Saat dibezuk, Bu Amini bercerita aktivitas dakwahnya mulai aktif di Aisyiyah sampai menjadi ketua PDA. Lalu jadi ketua panti dengan tetap menjadi Ketua PCA Wiyung sampai dua periode pula.
Suaminya Koertomo wafat tahun 1995. Kesibukannya sehari-hari berdakwah. Rumahnya menjadi tempat mengaji bagi anak-anak dan dewasa. Dibantu calon-calon mubalighat binaannya. Meskipun kondisinya sakit mengaji di rumahnya tetap jalan bersama kader-kadernya.
Sabtu (25/12/2021) mendapat kabar Bu Amini wafat di usia 78 tahun. Semoga Allah mengampuni dan memasukkan ke surga. Allahummaghfirlaha warhamha wa afiha wa’fuanha.
Editor Sugeng Purwanto