Menghidupkan Kembali Karakter KH Ahmad Dahlan
Meminjam istilah Prof Malik Fadjar, karater KH Ahmad Dahlan ini perlu ditiup-tiupkan kembali pada kader dan karyawan AUM agar militansi perjuangan terus berkobar. Apa saja karakter KH Ahmad Dahlan yang perlu dihidupkan kembali dalam membangun dan mengembangkan AUM di era disruptive innovation dan turbulent personality yang dahsyat.
Pertama, smart. Diakui KH Ahmad Dahlan tidak hanya sebatas pintar tapi juga cerdas (smart). Kecerdasan itu teruji saat beliau mengajar pendidikan agama di sekolah pemerintah Belanda. Strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran agama yang diajarkan-nya menarik dan menyenangkan. Siswa sangat welcome dengan cara beliau mengajar.
Karakter smart ini seyogyanya dimiliki pimpinan, kader, kepala sekolah, guru, dan karyawan amal usaha Muhammadiyah. Seperti; cerdas dalam membaca situasi dan kondisi. Cerdas mengkonversi tantangan menjadi peluang. Cerdas menaklukkan kompetitor menjadi mitra strategis. Cerdas membuat keputusan dan mendistribusi pekerjaan. Serta cerdas membalik kesempitan menjadi kesuksesan.
Kedua, hard worker. Muhammadiyah tumbuh berkembang sampai usia ke-109 tahun, sangat dipengaruhi karakter kerja keras (hard woker) KH Ahmad Dahlan. Karakter ini terbawa sampai detik-detik akhir kehidupannya. Sekalipun dokter menyarankan untuk beristirahat karena penyakit yang dideritanya, namun ia tetap tekun bekerja dan berdakwah sampai ajal menjemputnya.
Hard worker KH Ahmad Dahlan pantas untuk dicontoh. Melebihkan waktu dari jam kerja yang seharusnya. Ini yang saya sebut dengan istilah sedekah waktu. Misal, jam kerja kita di AUM semestinya delapan jam per hari, namun karena ingin bersedekah waktu, kita menambah satu jam sebelum masuk dan satu jam setelah pulang. Ini baru karyawan AUM yang hebat dan luar biasa.
Baca sambungan di halaman 3: KH Ahmad Dahlan Pemberani