Mengapa Sedekah Jempol
Lulusan Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Surabaya—kini Unesa—itu menjelaskan, mengapa KBB yang mengunakan jempol itu dia sebut sedekah. Menurutnya membagi berita kabaikan itu termasuk amal shaleh. Bukan hanya sedekah dalam pengertian konotatif, tapi sebenarnya ada nilai finansial yang sesungguhnya di balik KBB itu.
“YouTube, Facebook, Instagram, Twitter, atau yang lainnya sebenarnya kan jualan like, share, subscrip, follower, dan komentar. Dan semua itu ada nilai uangnya. Kalau kita yang melakukannya, sama seperti bersedekah uang,” ujarnya.
Lebih dari itu, ayah lima anak itu ingin mengajak para peserta menjadi bagian dari jihad digital. Menyebarkan berita-berita kebaikan yang menginspirasi adalah perbuatan mulia. Hal itu penting untuk menandingi maraknya berita negatif dan hoax di jagat maya.
“Inilah yang saya maksud dengan jihad digital,” ujarnya. Dia lalu membuat pernyataan, “Amalan ringan tapi besar manfaatnya bagi Muhammadiyah adalah klik PWMU.CO.”
Bahkan, menurutnya, di dunia maya, potongan ayat khalidina fiha abadan sesungguhnya sudah berlalu. Konten-konten yang sudah diunggah akan abadi. Tak bisa dihapus, karena begitu diunggah, sudah ada yang menyimpan atau men-copy paste-nya. Karena itulah, mengabadikan kebaikan melalui berita-berita inspiratif akan ‘kekal’, termasuk pahalanya akam terus mengalir.
Ada alasan lain mengapa Fatoni memotivasi peserta melakukan sedekah jempol—di samping rajin menulis berita seperti yang diinginkan workshop ini.
Saat ini, menurutnya, yang menjawab pertanyaan-pertanyaan para pengguna Google—termasuk masalah agama—adalah media-media mainstream seperti Kompas, Detik, Kumparan, Tribunnews, dan sebagainya. Untuk membuktikan hal itu Fatoni meminta pada peserta mencari kata tertentu seperti “hukum merayakan tahun baru” di mesin pencarian Google.
Mudahnya muncul di permukaan Google web-web maintreaim itu karena pembaca—dan peringkat webnya—tertinggi di Indonesia. Web-web islami, termasuk yang berafiliasi ke Muhammadiyah, peringkatnya masih jauh di bawahnya. Fatoni mengungkapnnya dengan kalimat: “Muhammadiyah tenggelam di dasar Google.”
Karena itu, menurut pria kelahiran Keduyung, Laren, Lamongan, itu, sedekah jempol menjadi bagian penting dalam menaikkan peringkat web. “Yang juga sangat penting adalah lengkapnya konten yang diunggah secara konsisten oleh media online tersebut,” ujarnya sambil membandingkan peringkat beberapa web melalui Alexa.
Dia menjelaskan, banyak dan bervariasinya konten itu bisa memenuhi harapan para netizen jika mereka mencarinya di search engine.
Sampai berita ini ditulis, veiw berita yang dijadikan kelinci percobaan sedekah jempol itu sudah mencapai 560. (*).