Bimbingan Perkawinan: Ini Pembangun dan Penghancur Pernikahan; Laporan Kontributor PWMU.CO Gresik Ian Ianah
PWMU.CO – Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Gresik menggelar Bimbingan Perkawinan bertema “Dengan Keluarga Sakinah Kita Wujudkan Generasi Islam yang Tangguh”, Ahad (12/12/2021).
Pasangan suami istri (pasutri) muda dengan usia pernikahan 1-5 tahun hadir di Ruang Teater Lenon Machali Gedung Baru SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik. Fasilitator dari Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur Umi Thohiroh SAg MH langsung membimbing mereka secara interaktif.
Umi—panggilan akrabnya—menerangkan, hubungan pernikahan itu proses berkelanjutan yang terdiri dari tahap-tahap dengan beragam tantangan. Bila tantangan dikelola dengan baik, kata Umi, setiap perkembangan hubungan justru memperkuat hubungan.
Kebanyakan pasangan, lanjutnya, tidak memahami tantangan ini sehingga tidak siap mengelola tantangan. Akhirnya mudah menyerah dan memilih berpisah.
Pembangun dan Penghancur
Selanjutnya, Umi membahas pembangun dan penghancur hubungan perkawinan. Dia mencontohkan dengan mencomot nama salah satu pasangan: Mbak Qiqi dan Mas Mahmud.
Misalnya, Mas Mahmud mengajak Mbak Qiqi makan ke luar dan Mbak Qiqi menjawab terserah. Kemudian saat Mas Mahmud menawarkan restoran mana, jawaban terserah muncul lagi.
“Beda lagi jika cara jawabnya ‘Terserah kamu, kan seleranya bagus jika milih restoran’,” ujarnya.
Jadi, meski sama-sama jawabannya terserah, tapi yang satu terserah cuek yang membuat pasangan cenderung jengkel. Inilah yang dia maksud menjadi penghancur hubungan. Sedangkan yang terakhir, terserah tapi membangun hubungan positif.
Hubungan suami istri, kata dia, seperti rekening bank. “Awalnya ada akad. Jika saldo ditambah, semakin banyak. Dan jika diambil, saldo akan berkurang,” ujar Umi.
“Jika rekening itu ada setoran komunikatif, penyabar, senyum, membantu, mencium, memuji maka saldo akan bertambah menjadi baik dan harmonis. Sedangkan jika ada penarikan seperti marah, ngomel, cemburu, kasar, tidak sadar diri maka saldo itu akan berkurang keharmonisannya,” imbuhnya.
Penghancur hubungan ini, kata Umi, biasanya karena ada sikap menyalahkan, kritik pedas, tidak mau melihat keunggulan pasangan, membenci, dan merendahkan. Misal, ucapan aku menyesal menikah denganmu.
Selain itu, ada sikap membela diri dan mencari alasan. Contohnya, aku sibuk di luar karena dia tidak membuat aku kerasan. Juga karena sikap mendiamkan dan abai. Contohnya, tidak mau bertengkar tapi acuh dan tidak peduli.
Baca sambungan di halaman 2: Game ‘Rekening’ Suami Istri