Kepribadian Abnormal, tulisan Nugroho Yusuf S tentang sosok H Pahri SAg MM, mantan kepala SMK Muhammadiyah 7 (Mutu) Gondanglegi, Malang.
PWMU.CO – Logika saya sempat nge-hang memikirkan bagaimana sosok pria kelahiran Madura ini men-charge tenaganya. Pak Pahri atau M1 sebagai panggilan dan julukannya, yang berarti Mutu 1 atau orang nomor satu dalam pengembangan SMK Mutu Gondanglegi, Kabupaten Malang.
Beberapa kali saya mendampinginya berkeliling daerah untuk menyulut api semangat pengelola amal usaha Muhammadiyah (AUM). Dalam waktu yang singkat bisa berada di berbagai tempat yang berjarak ratusan KM, seolah punya pintu ajaib yang menembus tempat dan waktu. Herannya, saya yang mendampingi beliau hampir KO, tapi tak tersirat sedikitpun rasa lelah nampak di wajahnya setiap kali pertemuan.
Dari pemaparannya yang bernuansa aplikatif dan berisi ‘daging’ semua itu, menunjukkan kelasnya bahwa beliau bukan hanya sekadar pelaku. Pak Pahri juga pelopor sistem manajemen sekolah yang tepat di semua tempat, zaman, generasi, dan kalangan. The right man on the right place and right time.
Daya juangnya yang kuat, dituntut untuk mendongkrak pola pikir dan pola juang para pelaku pendidikan Muhammadiyah dari konvensional ke abnormal mode.
Kepribadian Abnormal
Saya beberapa kali mencoba berfikir nakal untuk mencari titik lemah dari konsepnya, tapi hasilnya nihil. Karena memang konsep tersebut hasil racikan dari kecerdasan, keberanian, dan pengalaman yang menghasilkan karya nyata yang spektakuler. Juga ditambah ide-ide abnormal dari beberapa profesor sebagai bumbunya.
Seandainya ada 10 orang seperti Pak Pahri di Indonesia, saya yakin dengan seizin Allah, dunia pendidikan di Indonesia akan terpacu melejit.
Namun di balik itu semua, karakternya yang sederhana membuat saya ingin angkat topi setinggi-tingginya. Sekaliber Pak Pahri masih merasa lebih nyaman naik motor Honda Karisma hujan-hujanan dari pada difasilitasi mobil, yang sebetulnya sangat layak digunakannya.
Dari banyak hal yang dicontohkannya, saya menyimpulkan bahwa berpikir dan bekerja abnormal saja tidak cukup, tapi harus didasari dengan kepribadian yang abnormal. (*)