Hubbul Wathan minal Iman Bukan Hadits
Butrus Bustani merupakan intelektual yang memopulerkan semboyan Hubbul Wathan minal Iman. Artinya, cinta tanah air adalah bagian dari iman. Semboyan ini menjadi sangat popular karena diperkenalkan dalam tulisan-tulisan yang dipublikasikan oleh Gerakan Nahdlah.
Kata-kata itu sangat terkenal di kalangan pejuang-pejuang nasionalis. Begitu terkenalnya sehingga banyak orang mengira itu adalah hadis padahal bukan, karena tidak otentik dari Nabi.
Rasanya banyak sekali kata-kata mutiara yang bernasib sama, menjadi populer sehingga dikira hadis sahih dari Nabi. Nasibnya sama seperti an-Nadhafatu Minal Iman (kebersihan bagian dari iman) dan Uthlubul Ilma walau bis Shin (carilah ilmu hatta di negeri China). Bahkan, tidak jarang ulama atau penceramah menyebut kata-kata itu sebagai hadis.
Bisa jadi orang mencampuradukkan antara hadis dan lainnya (termasuk hadis maudlu’) karena ketidaktahuan. Tetapi, itu juga bisa karena kesengajaan untuk meyakinkan orang banyak.
Tampaknya umat Islam di Arab terkesima dengan kata-kata itu. Para nasionalis Arab menjadikan kata-kata seolah-olah hadis sahih itu sebagai senjata pamungkan untuk menaklukkan ideologi tandingan. Lama-lama orang di negeri lain, termasuk Indonesia, dengan enteng menyebutnya sebagai hadis yang sahih. Sesungguhnya mencintai apa pun yang halal tidak masalah sepanjang tidak berlebih-lebihan.
Namun, tidak perlu menaikkan kata-kata orang biasa ke pangkat hadis Nabi. Cinta tanah air, cinta bahasa, cinta kampung halaman, dan cinta sesama teman adalah hal yang wajar.
Kecintaan itu akan membawa solidaritas untuk memperkokoh ketahanan diri dan menguatkan kerja sama untuk kebaikan. Kecintaan itu harus didasarkan pada nilai-nilai kebajikan dan kebenaran. Hanya dengan itu cinta tanah air akan menjadi kekuatan konstruktif, dan bukan kekuatan destruktif. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni