Perintis Sukses
Setelah lulus dari Qismul Arqa, Siti Umniyah diangkat menjadi guru Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta sampai tahun 1954. Di titik ini, tercatat bahwa di kalangan Muhammadiyah dan Aisyiyah di Yogyakarta, dialah guru perempuan pertama. Di sore hari, Siti Umniyah juga ikut mengajar di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah.
Belakangan, murid-murid Siti Umniyah banyak yang berhasil. Mereka menjadi tokoh dan pemuka pergerakan perempuan. Di antara murid-murid yang seperti itu, termasuk Prof. Baroroh Baried, sosok perempuan yang menjadi Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah untuk masa yang lama, yaitu lima periode dari 1965 sampai 1985. Baroroh Baried juga dosen UGM.
Adapun Shalihah adalah sekadar menyebut satu nama lagi murid dari Siti Umniyah. Shalihah, di belakang hari menjadi istri dari H. Saifudin Zuhri yang menjadi Menteri Agama pada 1962-1967.
Memimpin Organisasi
Pada tahun 1919 PP Muhammadiyah mendirikan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri siswa Standart School Muhammadiyah. Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja. Adapun tujuan dibentuknya adalah untuk memperdalam agama, memperbaiki akhlak, dan menanamkan rasa persatuan.
Organisasi Siswa Praja memfasilitasi berbagai kegiatan murid-murid Muhammadiyah. Perkembangannya cukup pesat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya menyasar secara terarah dengan baik.
Ada kegiatan Thalabus Sa’adah yang diselenggarakan untuk anak-anak di atas umur 15 tahun. Di sini ada kegiatan mengaji atau kursus agama, shalat subuh berjama’ah, shalat tarawih keliling, dan lain-lain.
Ada aktivitas Tajmilul Akhlak yang diadakan untuk anak-anak berumur 10-15 tahun. Di sini ada aktivitas berderma, rapat, berpidato, dan lain-lain.
Juga, ada Jam’iatul Athfal yang dilaksanakan sepekan dua kali untuk anak-anak yang berumur 7-10 tahun.
Pun, ada Dirasatul Bannat yang diselenggarakan dalam bentuk pengajian sesudah maghrib bagi anak-anak kecil. Mereka juga dibimbing membaca huruf Hijaiyyah, mengaji Surat-Surat pendek Juz ‘Amma, mendengarkan kisah, dan lain-lain.
Di luar yang disebut di atas itu, ada juga kegiatan lain yang tak kalah menarik. Kegitan itu berupa tamasya ke luar kota sebulan sekali.
SPP dan SPW
Pada perkembangannya, Siswa Praja dibagi menjadi dua, yaitu Siswa Praja Pria (SPP) dan Siswa Praja Wanita (SPW). Disebutkan bahwa kepengurusan pertama Siswa Praja Pria adalah sebagai berikut: Achsan (Ketua), Abdullah (Wakil Ketua), Thohir (Sekretaris), dan Harun (Bendahara).
Sementara, kepengurusan pertama Siswa Praja Wanita adalah sebagai berikut: Siti Wasilah (Ketua), Siti Umniyah (Wakil Ketua), Siti Juhainah (Sekretaris), dan Siti Zuhriyah (Bendahara) – (sumber nasyiah.or.id.)
Hanya lima bulan Siti Wasilah memimpin Siswa Praja Wanita. Dia lalu mengundurkan diri sebagai pimpinan. Sejak itu, Siti Umniyah memimpin Siswa Praja Wanita.
Selanjutnya, dalam kepengurusan Siswa Praja Wanita kedua, ada sedikit perubahan. Siti Umniyah menjabat sebagai ketua dan wakilnya adalah Siti Zuhriyah.
Siti Umniyah memimpin Siswa Praja Wanita sekitar 10 tahun. Berikutnya, amanah kepemimpinan beralih kepada Zuhriyah.
Hal menarik, organisasi Siswa Praja Wanita inilah yang di kemudian hari berubah menjadi Nasyiatul Aisyiyah. Adapun Siswa Praja Pria berubah menjadi Majelis Pemuda (Hasyim dkk, 2015: 732).
Baca sambungan di halaman 3: Pejuang Bangsa