Mantan peneliti CIDES ini memberi contoh bagaimana dia menerapkan dakwah ala Muhammadiyah di lingkungan terdekatnya di kantor. “Saya membuat aturan untuk semua karyawan: wajib menghentikan pekerjaan saat adzan berkumandang dan segera menegakkan shalat berjamaah,” katanya.
Bahkan hal-hal yang dianggap sepele pun diajarkan Mariman di kantor, secara bertahap. Termasuk merapikan sandal saat ditinggal jamaah. “Itu makan waktu 3 bulan,” tutur Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bekasi periode 2010-2015.
(Baca juga: Gairah Ber-Muhammadiyah: seperti Virus yang Menyebar ke Mana-Mana)
Mariman yang hijrah ke Samarinda sejak Juni 2011 itu mengaku terinspirasi dari PWM Jatim. “Jatim itu luar biasa semangatnya dalam melakukan perkaderan dan amal hasanah. Seolah tanpa henti. Berbagai kajian, pengajian, pembenahan amal usaha, pengembangan cabang dan ranting, serta optimalisasi usaha dan perkaderan dilakukan secara simultan dan sistematis.”
Pria kelahiran Blora Jateng 7 Pebruari 1972 ini mengaku bahwa menjadi pendatang di Kaltim bukan urusan mudah. “Kita harus punya ketahanan psikologis yang kuat atas tekanan mental sebagai kaum muhajirin,” kata anggota Majelis Pembina Kesehatan Umum PP Muhammadiyah periode 2000-2005 dan 2005-2010.
(Baca juga: Penjelasan Logis tentang Tradisi Muhammadiyah yang Tak Mengenal Darah Biru)
Dia bercerita, banyak pendatang yang tidak kuat bertahan dalam ‘pertarungan’ di ‘belantara’ Kalimantan Timur. “Bahkan banyak yang jatuh korban, terutama kaum hawa. Banyak yang stress jika tidak secepatnya mempersiapkan mental.” Beruntung dia punya istri seorang aktivis juga. “Aktivis itu umumnya kuat mentalnya karena telah ditempa oleh organisasi,” tutur suami Siti Nuriatus Zahroh.
Istri Mariman yang akrab dipanggil Tutus itu memang aktivis tulen. Kini ia tercatat sebagai Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Kaltim. Ia juga pernah aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jatim, bergabung di Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) HMI Cabang Malang, pernah di PDNA Kota Malang, Wakil Ketua PDA Kabupate Bekasi, aktif di TB Care PWA DKI Jakarta, dan Ketua Majelis Kesehatan PWA DKI Jakarta (2010-2015).
Di akhir perbincangan, Mariman memberi 4 resep dalam menghadapi setiap tantangan hidup, yairu believe (iman), relegiusitas (keshalehan), experiences (pengalaman ), dan knowledge (pengetahuan). Selamat berjuang Pak, di belantara Kaltim! (Uzlifah)