Enam Kriteria Bahagia Akhirat
Kemudian, Ustadz Aam mengurai enam kriteria bahagia akhirat. Pertama, husnul khatimah. Ini berdasarkan Surat Ali Imran: 193. “Karena akhirat itu dimulai dari kematian. Orang yang bahagia akhirat, wafat dalam keadaan husnul khatimah,” terangnya.
Kedua, saat ruhnya lepas dari jasad, ruhnya disambut malaikat rahmat, yang sesuai Surat Fusshilat: 31. “Kata malaikat rahmat, ‘Jangan khawatir, surga menunggu kamu!’,” ucapnya.
Ketiga, istirahat di alam barzakh. Ustadz Aam menyampaikan hadits Bukhari di mana ketika ruh dikuburkan, malaikat mengatakan, “Istirahatlah yang nyenyak sampai Tuhan membangkitkanmu di hari kebangkitan!” Maka, dia mengimbau agar berdoa terbebas dari siksa kubur di alam barzakh.
Keempat, mendapat ampunan di hari kebangkitan. Dia mengingatkan, pada saat itu orang akan meninggalkan temannya, ibu bapaknya, pasangan hidup dan anak-anaknya. “Semua orang akan mengurus dirinya sendiri, menjadi orang paling egois,” imbuhnya.
Kelima, berkumpul di surga. Ini sesuai Surat ar-Ra’d ayat 23-24, “Mereka akan masuk ke Surga Adn, mereka akan bertemu orang-orang shalih dari nenek moyang mereka, pasangan hidup mereka, anak cucu mereka….”
Keenam, mendapat ridha Allah. Kata dia, inilah puncak kebahagiaan di akhirat, bukannya surga. Seperti QS al-Bayyinah: 8, “Mereka masuk ke Surga lalu Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha.”
Akhirnya dia menyimpulkan, sebenarnya kebahagiaan itu kembali ke diri kita. kriterianya mau yang apa, ukhrawi atau duniawi. “Kriteria bahagia duniawi itu tidak apa. Asal dibingkai dimensi-dimensi ukhrawi. Kebahagiaan ukhrawi bukan berarti ditinggalkan. Karena Islam mengajarkan kita hidup tawazun,” tuturnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni