Muhasabah
Keempat, introspeksi diri lalu kembali pada kebaikan. Sebab, manusia tak pernah lepas dari khilaf. “Setiap orang harus melihat apa yang dilakukannya agar hari esok lebih bagus!” imbaunya.
Ustadz Aam menerangkan, muhasabah bisa dilakukan dengan berkontemplasi apa saja yang telah dilakukan. Kalau mengingat dosa dengan sesama manusia, dia mengimbau agar meminta maaf.
“Antarwaktu shalat itulah waktu terbaik untuk muhasabah. Tidak harus akhir tahun, muhasabah setahun sekali nanti banyak yang lupa,” terangnya.
Kelima, bergegas bertaubat. Ini sesuai perintah dalam QS at-Tahrim: 8. “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sungguh-sungguh. Mudah-mudahan Tuhan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam Surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya ….”
Konsekuensi
Keenam, jujur. Dia menerangkan HR Ahmad, Rasulullah SAW bersabda: “Lakukan enam perkara, aku jamin kamu masuk surga; jujur, penuhi janji, tunaikan amanah, jaga kehormatan, jaga pandangan, dan jaga tanganmu dari kesewenang-wenangan.”
Ketujuh, yakin apapun ada konsekuensinya. “Hidup itu seperti menanam, apa yang kita tanam itulah yang akan kita panen,” terangnya.
Dalam Surat al-Isra:7 disebutkan, “Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat maka kerugian kejahatan itu untuk dirimu sendiri.”
Ustad Aam menekankan, bahagia dunia akhirat tidak gratis tapi wajib dibayar dengan ikhtiar tiada lelah. “Jadi doa robbana atina fiddunya hasanah itu bukan sekadar kita ucapkan, tapi kita perjuangkan melalui tahapan-tahapan tadi!” tuturnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni