PWMU.CO– Memasuki semester 2 pada tahun pelajaran 2021-2022, Sekolah Karakter SD Muhammadiyah 24 Ketintang Surabaya menggelar pelatihan peningkatan keterampilan guru UptA (Upgrading the Ability), Kamis (30/12/2021)
Acara dengan tema Teacher as Coach berlangsung di Ruang Pertemuan Sekolah. Menghadirkan narasumber Arif Santoso, trainer dan penulis buku Teacher as Coach.
Kepala SDM 24 Norma Setyaningrum mengatakan, kegiatan memasuki semester 2 ini bertujuan meningkatkan keterampilan guru dalam membimbing potensi siswa dengan pendekatan coaching.
”Sesuai dengan visi sekolah berusaha mewujudkan generasi unggul, berkarakter dan berprestasi. Maka kami terus berusaha meningkatkan kualitas SDM agar dapat membimbing anak-anak secara maksimal untuk mencapai top achivement atau prestasi terbaiknya,” ujarnya.
Saat pelatihan Arif Santoso menjelaskan, setiap lembaga harus memiliki visi misi dan setiap orang dalam lembaga tersebut harus mengetahui dan memahami visi-misi tersebut dengan baik.
”Sebab pemahaman visi-misi yang baik maka setiap orang terbangun kerangka berpikir yang utuh sejak dari perumusan tujuan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta refleksi,” katanya.
Dalam mencapai tujuan dari visi misi tersebut, kata dia, semua orang akan memiliki prinsip, nilai-nilai yang jelas, dan berperan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut dia, untuk membantu mencapai visi misi tersebut, pendekatan coaching bisa digunakan. Coaching akan sangat membantu memfasilitasi siswa dalam hubungan kemitraan, juga dapat menyadari potensi-potensinya, memaksimalkan potensi tersebut digunakan dalam mencapai kinerja terbaik dalam kehidupannya.
”Proses dalam coaching didasarkan pada hubungan yang setara antara coach dan siswa, yaitu saling bekerja sama, menjaga kenetralan hubungan dan saling menghargai satu dengan lain. Coach tidak berada pada posisi atau otoritas yang lebih tinggi dari siswa,” ujarnya.
Melalui coaching kita tidak melakukan instruksi, melainkan provokasi pikiran dan kreativitas. Provokasi menimbulkan reaksi yang berbeda dengan menginstruksi, memerintah, atau mengarahkan.
”Memprovokasi membuat siswa menemukan jawaban dan solusi dari pikirannya sendiri atau bisa lebih terbangun kesadaran dirinya. Melalui serangkaian pertanyaan yang tepat dan mendengarkan siswa secara aktif, coach memicu siswa berpikir lebih dalam untuk menggali ide-ide baru,” tuturnya.
Menurut dia, provokasi pikiran juga membantu siswa untuk meluaskan zona nyamannya. Dalam proses ini, siswa akan sering menemukan jawaban yang mungkin tidak atau belum terpikirkan sebelumnya. Karena lahir dari temuannya sendiri, siswa menjadi lebih berdaya dan bertanggung jawab dalam mewujudkan kata-katanya.
Tiga Prinsip
Pada saat melakukan coaching ada tiga prinsip yang harus dimiliki oleh setiap coach. Pertama, selalu ada jalan keluar atas setiap kebuntuan yang dihadapi.
Kedua, setiap manusia mempunyai potensi untuk menuju suksesnya. Ketiga, di balik setiap perilaku selalu ada maksud baik yang mendasarinya.
Prinsip ini didukung sua prasyarat yaitu hadir secara penuh (Coaching Presence) dan membangun kepercayaan dan keakraban.
Setelah menjelaskan konsep coaching, Arif memberi kesempatan kepada para guru untuk mempraktikkan proses coaching dengan bergantian bertukar peran sebagai coaching dan klien dengan mengajukan pertanyaan, menjadi pendengar setia dan repeating atau mengulang cerita dari pasangan sepresisi mungkin.
Uswatun Hasanah, guru kelas 1 mengungkapkan kesan positifnya atas pelatihan ini. ”Pelatihan Teacher as Coach sangat menarik. Banyak ilmu baru yang saya dapatkan. Salah satunya bagaimana berkomunikasi dengan anak atau siswa sebagai coach,” ujarnya.
Dikatakan, salah satu prinsip yang harus diterapkan sebelum menjadi coach adalah setiap manusia mempunyai potensi untuk menuju sukses. Ini berkaitan dengan cara berpikir.
”Seringkali kita memberikan judgment kepada siswa apabila siswa melakukan ’kesalahan’ menurut kita. Padahal dari sudut pandang murid bisa saja sesuatu yang kita sebut salah itu memiliki alasan yang baik. Selalu ada kebaikan dalam setiap kejadian,” tandasnya. Dia menyatakan, memasuki semester 2 ini konsep itu bisa dipraktikkan dalam mengajar.
Penulis Achmad Zainuri Arif Editor Sugeng Purwanto