PWMU.CO– Gerakan Tajdid Muhammadiyah bertujuan memberikan pencerahan kepada umat dengan ilmu pengetahuan sehingga paham tahayul, bid’ah, khurafat hilang.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua PDM Kota Surabaya M. Zayin Chudori saat menyampaikan materi Ideologi Muhammadiyah dalam Baitul Arqam PCM Lakarsantri bertempat di MI Muhammadiyah 28 Jl. Raya Bangkingan, Sabtu (8/1/2022).
Zayin Chudori mencontohkan, orang Jawa menganggap ari-ari itu saudaranya bayi yang lahir sehingga diperlakukan istimewa dengan ritual. Misalnya ditanam lalu diberi lampu.
”Muncul istilah kakang kawah adi ari-ari. Padahal menurut ilmu pengetahuan ari-ari itu suplai makanan untuk janin sehingga ketika bagi lahir ari-ari yang terbawa sudah tidak diperlukan karena suplai makanan bati berganti ke ASI,” katanya.
Karena kurang pengetahuan itu, sambung dia, maka muncul paham yang salah sehingga perlu diberi pencerahan agama. Dalam siklus hidup manusia Jawa selalu diadakan ritual supaya selamat. Mulai selamatan dalam kandungan, lahir, tedhak siti (mudun lemah), jadi pengantin dengan menginjak telur, hingga mati diliputi dengan tahayul karena kurang pengetahuan.
”Dakwah Muhammadiyah dikenal dengan sebutan memberantas TBC. Artinya bukan penyakit tuberkolusis tapi tahayul, bid’ah dan churafat. Diberantas dengan memberikan pengetahuan, ilmu,” tandasnya.
Menurut Zayin, gerakan tajdid atau pembaruan mempunyai pengertian pemurnian dan pengembangan pemikiran. Pemurnian dengan mengembalikan pemahaman agama Islam kepada sumber utama al-Quran dan sunah terutama kepada urusan ibadah. ”Kalau di al-Quran dan sunah tidak ada baru melihat pendapat ulama,” ujarnya.
Sedangkan tajdid bermakna pengembangan pemikiran seiring dengan tantangan modernisasi. Dia mencontohkan, urusan membangun masjid ada yang urusan ibadah, ada yang duniawi.
”Urusan ibadah misalnya masjid harus menghadap kiblat Masjidil Haram. Ini harus mengikuti aturan agama. Jangan dengan dalih modernisasi lalu mengubah kiblat ke tempat lain,” katanya.
Dia mengatakan, Kiai Ahmad Dahlan untuk meluruskan kiblat masjid supaya lurus ke Mekkah sampai berkorban masjidnya dibakar. Seratus tahun kemudian baru diterima. Sekarang ini masjid-masjid jamik milik pemerintah kiblatnya yang mencong mulai dilurukan dengan Kakbah.
Bagian duniawi masjid yang termasuk pengembangan pemikiran yang boleh mengikuti modernisasi misalnya, arsitektur bangunan masjid, pakai kubah atau tidak, bentuk mimbarnya.
”Berpakaian ada urusan ibadah yang diatur al-Quran yaitu harus menutup aurat. Pakai jilbab. Sedangkan model pakaian Islam tidak mesti berbentuk jubah seperti pakaian orang Arab, bisa model lain sesuai asal sesuai prinsip menutup aurat,” tuturnya.
Visi Dakwah
Di bagian lain Zayin menjelaskan, Muhammadiyah memiliki maksud dan tujuan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
”Menegakkan itu maknanya sesuatu yang doyong diluruskan. Ditegakkan dengan tauhid sebagai visi ajaran Islam. Tauhid berarti memurnikan ibadahnya,” katanya.
Sedangkan menjunjung tinggi agama Islam artinya meletakkan di atas. Lii ila kalimatillah dengan berpegang kepada al-Quran dan sunah. ”Ciri orang Muhammadiyah itu beragama dengan pengetahuan berdasar Quran dan hadits. Tidak cuma ikut-ikutan,” tegasnya.
”Sedangkan di kelompok lain ada yang berprinsip, beragama ojo macem-macem, melu gurumu ae sing ngerti agama. Awakmu moco Quran ae gak iso,” ujarnya. (*)
Penulis Ichsan Mahyudin Editor Sugeng Purwanto