PWMU.CO – Jarum jam tepat menunjukan pukul 10.00. Seperti biasa, Abdul Manan atau akrab di sapa Pak Manan ini sedang menjalankan aktifitasnya. Rabu (3/1), pria berusia 71 tahun ini sedang mengolah tanah sekitar Masjid At-Taqwa Sengkaling, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang yang belum termanfaatkan dengan baik. Karena lokasi tanah tersebut berada di bibir sungai atau plengseng sungai Braholo.
Di tanah yang curam dengan kemiringan yang tajam, juga dipenuhi tumbuhan berduri itu, Pak Manan memiliki cita-cita untuk membuat taman yang diperuntukan bagi para jama’ah maupun warga yang berada di sekitar Masjid At-Taqwa.
(Baca: Bersepeda Motor Malang-Jakarta, Pria 70 Tahun Ini Siap Ikuti Aksi 4 November)
Pak Manan pun berinisiatif membersihkan tanah tersebut kemudian mengelolanya. Dengan cekatan Pak Manan mencangkul dan membersihkan pepohonan yang tumbuh liar di sekitar Masjid At-Taqwa yang terletak di samping kiri pintu masuk perumahan Sengkaling Regency.
Setelah tanah itu bersih, Pak Manan lantas mengganti tumbuhan liar itu dengan tanaman yang bisa berbuah maupun dengan tanaman lain yang bermanfaat bagi jama’ah masjid maupun warga sekitar.
”Jadi saya berniat untuk membikin taman yang indah dengan aneka pohon yang bisa berbuah dan bermanfaat. Selain masjid akan ramai, nantinya saat pohon sudah berbuah kan bisa dinikmati oleh para jama’ah dan warga sekitar,” ujar Pria yang terkenal karena keikutsertaanya dalam aksi bela Islam dengan menaiki sepeda motor dari Malang ke Jakarta ini.
(Baca juga: Pergi Bersepeda Motor, Pulang “Diterbangkan”: Pak Manan yang Jadi “Artis” Dadakan di Aksi Bela Islam 4 November)
Pak Manan mengungkapkan, di usianya yang sudah tua ini hanya bisa memberikan manfaat dan peninggalan yang berkah untuk para jamaah maupun warga sekitar. ”Kita inikan hidup sekali, dan saya ini juga sudah tua. Apalagi yang bisa diperbuat kecuali hanya ibadah dan beramal. Amal saya adalah sebisa apa yang bisa saya lakukan dan apa yang saya miliki,” tuturnya.
Pak Manan lantas bercerita sedikit tentang awal pembangunan Masjid At-Taqwa yang tanahnya merupakan wakaf dari seorang dermawan warga sekitar untuk dimanfaatkan dan didirikan masjid.
(Baca ini juga: Pak Manan, Bintang Aksi 411 Hadir di Bangkalan)
Awalnya, kata Pak Manan nama masjid tersebut adalah Muhajirin. Karena masjid itu juga diperuntukan sebagai tempat singgah. Seiring dengan berjalannya waktu dan fungsi, masjid berubah nama menjadi At-Taqwa. ”Semoga pembangunan masjid At-Taqwa ini bisa segera selesai,” harpanya.
Tak hanya itu saja, Pak Manan juga menjelaskan asal usul nama dari Kali Braholo. Menurut Pak Manan, dulunya di pinggir kali tersebut terdapat berhala atau patung. Tepatnya, patung atau berhala kecil yang berbelelai itu teraletak di Punden Jetak Lor. ”Saat ini patung sudah hilang dicuri orang,” Ceritanya. (izzudin/aan)