PWMU.CO– Kiat memajukan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) disampaikan Drs H Marpuji Ali MSi saat mengisi Kajian Ahad Pagi PDM Kota Pasuruan di Masjid Darul Arqam, Ahad (9/1/2022).
Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Marpuji Ali didampingi anggota PDM dan Lazismu Kota Pasuruan juga meluncurkan ambulans. Dana ambulans tersebut berasal dari para donatur yang dikumpulkan selama setahun. Mobil ambulans Lazismu Kota Pasuruan sekarang dua unit.
Dalam ceramahnya, Marpuji merasa kagum dengan gerakan Muhammadiyah Kota Pasuruan. ”Sejak saya turun dari mobil, saya terkagum-kagum, ternyata Muhammadiyah di Kota Pasuruan adalah Muhammadiyah yang hebat. Tata ruang maupun suasana yang ada di komplek ini bersih. Itu ciri orang Islam. Jadi Muhammadiyah di mana-mana harus bisa menampilkan kesucian dan kebersihan,” ungkap Marpuji.
Dia menyampaikan, kalau ingin melihat kepribadian seseorang, maka lihatlah wajahnya. Berseri-seri atau hanya prengat-prengut.
Di hadapan lima ratus peserta kajian yang hadir, mantan wakil rektor bidang al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Surakarta itu mengajak para hadirin untuk kembali merenungkan kembali substansi surah al-Hasyr ayat 18.
”Pagi ini baru beberapa hari kita memasuki tahun 2022. Surat al-Hasyr ayat 18, mengingatkan kita supaya senantiasa setiap saat menengok ke belakang apa yang telah kita perbuat. Untuk melihat ke depan, hari esok kita akan berbuat apa. Apa seperti masa lalu, atau kita menginginkan ada sesuatu yang baru di masa depan. Itu prinsip kehidupan: evaluasi masa lalu untuk menatap masa depan,” jelasnya.
Bagi Marpuji, seseorang yang masih mempunyai keinginan, maka dia masih mempunyai kegiatan di masa yang akan datang. Berbeda dengan orang yang puas dengan kondisinya saat ini seperti orang yang melihat amal usaha sudah bagus seperti ini lalu mau berbuat apalagi, dia akan stagnan.
Karena dunia selalu berkembang, kata dia, maka Muhammadiyah harus bisa mengikuti perkembangan-perkembangan zaman supaya tidak tertinggal. Pengurus Muhammadiyah tidak hanya mencukupkan diri dan merasa puas hanya dengan pasang papan nama tanpa melakukan kegiatan.
”Walaupun ada papan nama besar, tapi kalau tidak ada gerakan itu adalah papan nama yang kosong. Yang dinilai di Muhammadiyah bukan sekadar papan nama, dan simbol sebagai ketua PDA, PDM, PCM, PRM, tapi apa yang digerakkan oleh Muhammadiyah tingkat Ranting, Cabang sampai Pusat. Itulah yang harus kita pertahankan,” terang Marpuji.
Dua Kiat
Mantan ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah itu memaparkan kiat memajukan AUM. Dia menukil firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 142.
”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”
Menurut dia, dari ayat tersebut kiat memajukan AUM bisa diformulasikan. Pertama, warga dan pimpinan Muhammadiyah harus punya keinginan, cita-cita dan mimpi-mimpi besar. Seperti yang disebutkan di ayat tadi. Cita-citanya adalah mempunyai keinginan untuk masuk surga.
”Surga itu adalah simbol kemajuan, kebahagiaan, kerukunan, kehormatan. Mengapa ingin masuk surga? Karena Nabi Adam dulunya berada di surga kemudian diturunkan ke dunia hanya sementara. Ibarat orang Jawa seperti mampir ngombe. Nanti kalau sudah mati, maka kembalinya adalah ke surga lagi,” ujarnya.
Untuk menikmati surga, sambung dia, seseorang harus menikmati kehidupan saat ini untuk menuju surga. Seperti orang yang bekerja, dia bekerja sebenarnya karena nikmat dan karunia Allah, bukan semata-mata karena kepintarannya. Sehingga hasil dari bekerja tersebut, sebagiannya ia berikan kepada orang lain dalam bentuk sedekah, zakat dan lain-lain.
Kedua, bersungguh-sungguh. Berarti kerja keras tidak kenal lelah. Bahasa lainnya profesional. Marpuji menceritakan, seorang guru TK yang bersungguh-sungguh mendidik siswanya, walaupun gajinya kecil.
Adalagi guru TK datang padanya meminta bantuan buka puasa bersama hanya Rp 700 ribu. Tapi yang mengesankan adalah usaha guru tersebut mengusahakan buka puasa bersama bagi amal usaha tempat ia mengabdi.
Marpuji menyadari masih banyak guru dan pengelola AUM yang mendapatkan upah sedikit jika dibandingkan yang bekerja sebagai pegawai negeri atau buruh pabrik. Tapi yang paling mengejutkan, para guru, terutama ibu-ibu bekerja di AUM, bekerja seizin suaminya.
”Karena bukan materi semata yang mereka cari, tapi keberkahan dalam rezeki dan keturunan yang saleh dan salehah yang mereka harapkan,” pungkas Marpuji.
Penulis Dadang Prabowo Editor Sugeng Purwanto