Luas Berinteraksi
Masih soal aktivitas yang “penuh warna”. Pada 1933 Farid Ma’ruf ke Palestina, Libanon, Syria, Irak, Pakistan, India, dan Malaysia selama setengah tahun. Dalam kunjungan itu dia berkesempatan menemui para tokoh Islam di masing-masing negara.
Saat ke Lahore, Farid Ma’ruf menemui Muhammad Iqbal—pemikir dan pujangga beken. Di kesempatan itu, Iqbal menitip pesan kepada umat Islam Indonesia.
“Saya amat bergembira ketika mengetahui dari Tuan Muhammad Farid dari Indonesia yang sedang kembali dari Mesir ke kampung halamannya di Indonesia, bahwa kaum Muslimin Indonesia telah sadar akan desakan zaman dan tengah bersiap-siap memperjuangkan kemerdekaan bagi Tanah Air-nya,” kata Iqbal.
Sama seperti yang Iqbal pesankan kepada rakyat Mesir dua tahun sebelumnya, maka kata dia: “Pada masa kegoncangan ruhaniah seperti sekarang ini, tetaplah setia berpegang kepada tuntunan Rasulullah SAW dan kepada ajaran serta cita-citanya yang tercermin dalam seluruh kehidupannya. Janganlah dilupakan bahwa kaum Muslimin sedunia memikul tugas suci, yaitu untuk mempersatukan tidak hanya semua suku dan bangsa, tetapi juga segala macam agama yang dianut manusia. Agama Islam tidak akan memberikan tujuan hidup lain, karena Islam itu sendiri adalah tujuan hidup”.
Pada 1939, selama tiga bulan, Farid Ma’ruf melawat ke Jepang sebagai anggota delegasi MIAI (Majelis Islam A‘la Indonesia). Bersama dia, turut pula Mr. A. Kasmat, S.A. Alamudi, Abdul Kahar Muzakkir, dan Mahfudh.
Pendek kata, banyak kota/negara di dunia telah dikunjungi Farid Ma’ruf. Itu, terkait dengan kunjungan kenegaraan bersama sejumlah pemimpin Indonesia. Berikut ini sekadar catatan sejumlah kota yang dimaksud, yaitu: Mekkah, Kairo, Libanon, Syria dan Pakistan. Juga, Italia, Vatikan, Yugoslavia, Hongaria, Rumania, dan Uni Sovyet. Pun, Beirut, Bangkok dan Singapura.
Pemikir dan Penulis
Masih tentang hidup Farid Ma’ruf yang “penuh warna”. Farid Ma’ruf intelektual yang tak henti berpikir mendalam. Pemikiran kritisnya banyak mencerahkan umat Islam. Media yang dipilihnya untuk mengungkapkan pendapatnya variatif, termasuk lewat buku.
Kita ikuti jalan berpikir Farid Ma’ruf lewat salah satu “fragmen” berikut ini. Bahwa, pemikiran sekaligus cita-cita Ahmad Dahlan, dapat kita temui di Anggaran Dasar Muhammdiyah terutama di BAB II Pasal 6 tentang “Maksud dan Tujuan”. Di situ, tertulis: “Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
Apa hubungan pemikiran KH Ahmad Dahlan dan tujuan Muhammadiyah? Lebih khusus lagi, apa makna “masyarakat Islam”? Terkait ini Farid Ma’ruf pada Muktamar Ke-33 Muhammadiyah di Palembang menjelaskan, bahwa “masyarakat Islam” adalah golongan manusia yang senantiasa berbakti kepada Allah (https://mbstarakan.sch.id 16 April 2020).
Terkait relasi Farid Ma’ruf dan pemikiran, ada hal yang menarik. Bahwa, meski Farid Ma’ruf itu “orang sibuk” karena banyak amanah yang dipercayakan kepadanya, namun dia masih berkesempatan menulis buku.
Berikut ini antara lain judul buku-bukunya: Sejarah Siti ‘Aisyiyah; Melawat ke Jepang; Ethika; Ilmu Da‘wah; Diklat Bahasa Arab; Analisa Akhlaq dalam Perkembangan Muhammadiyah; Asuransi Jiwa Menurut Pandangan Islam; Penjelasan tentang Maksud dan Tujuan Muhammadiyah.
Pengalaman Pahit
Mmasih perihal Farid Ma’ruf yang “penuh warna”. Bahwa, semua aktivis-pejuang di manapun tahu, pasti ada bermacam risiko yang harus siap dihadapi. Risiko itu antara lain seperti difitnah, sumber ekonomi dihambat atau ditutup, dipenjara, atau dibunuh.
Rupanya, sosok Farid Ma’ruf sejak awal sudah masuk “radar” penjajah untuk diawasi pergerakannya. Lihatlah, setelah dia kuliah di Mesir dan kembali ke Indonesia, dia langsung diawasi oleh Dinas Politik Pemerintah Hindia Belanda yang dikenal dengan Politieke Inlichtungen Dienst (PID).
Ternyata, pengawasan itu “berbuah”. Farid Ma’ruf ditangkap Belanda pada 1941 bersama pejuang lain lalu dipenjara selama tiga bulan. Penangkapan ini berdasarkan tuduhan bahwa Farid Ma’ruf dan kawan-kawannya bekerjasama dengan Jepang akan menggulingkan Pemerintah Belanda.
Baca sambungan di halaman 3: Fragmen Berkelas