PWMU.CO– Masjid tempat bersujud artinya merendahkan diri, tidak sombong. Shalat berjamaah di masjid mendidik menjadi seorang hamba Allah yang selalu rendah hati, tawadhuk.
Demikian disampaikan oleh Ustadz Dr Sam’un dalam Pengajian Ahad Pagi PCM Lakarsantri di MI Muhammadiyah 28 Jl. Raya Bangkingan Surabaya, Ahad (16/1/2022).
”Jadi masjid tempat bersujud itu tempat mendidik orang-orang merendah, tidak menonjolkan egonya. Takmir dan jamaah itu menjadi orang-orang tawadhu, karena itu mestinya tidak ada takmir gegeran,” kata Ustadz Sam’un yang dosen UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kalau ada takmir masjid gegeran, sambung dia, menandakan masih besar egonya. Sujud dan rukuk yang tiap hari dilakukan saat shalat berjamaah dan beribadah di masjid belum bisa menundukkan egonya.
”Misalnya ketika awal pandemi Covid-19, ternyata bisa membuat takmir masjid pecah karena berbeda pendapat beribadah di masa wabah. Ada takmir yang menggembok pintu masjid melarang jamaah beribadah untuk mencegah penularan Covid,” tutur anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jawa Timur.
Takmir lainnya yang tetap ingin shalat berjamaah, cerita Ustadz Sam’un, membangun masjid lagi di tempat lain. ”Ya alhamdulillah ada masjid baru lagi tapi perpecahan takmir itu yang jadi prihatin,” tutur Ustadz Sam’un.
Ternyata konflik belum berhenti, kata Ustadz Sam’un. Takmir yang menggembok masjid berpendapat bahwa masjid baru itu sebagai masjid dhiror. ”Konfliknya jadi panjang sampai muncul tuduhan masjid dhiror,” ujarnya.
Bahkan sampai terjadi menyabot acara. Ketika takmir masjid baru tadi membuat acara pengajian dengan mengundang mubaligh luar daerah, takmir masjid lama menghubungi mubalighnya supaya tidak datang karena itu masjid dhiror.
”Padahal orang membangun masjid itu dasarnya ussisa ‘alattaqwaa, maka jangan membangga-banggakan diri,” tuturnya.
Lain lagi kasus rebutan masjid. Menurut Ustadz Sam’un penyebabnya karena takmir tidak mau mengurusi masjid.
”Menyusun khotib diserahkan orang lain, lama-lama ya masjid direbut orang lain. Jangankan masjid, istri saja kalau tidak diurus suaminya bisa diurus orang lain…,” seloroh Ustadz Sam’un yang mengundang tawa hadirin.
Karena itu dia meminta para takmir untuk kober mengurusi masjid, menyediakan waktunya untuk shalat berjamaah di masjid. ”Kalau semua takmir selalu bertemu pada jam-jam shalat maka kalau rapat tidak perlu undangan lagi,” ucapnya.
Begitupun soal perempuan yang rumahnya dekat masjid disarankan berjamaah. ”Orang yang berpendapat perempuan lebih baik shalat di rumah menurut saya harus ngaji komprehensif memahami dasar hadits,” katanya.
Sebab, sambungnya, ada suami yang melarang istrinya berjamaah di masjid tapi membolehkan keluar rumah pergi ke pasar dan mall. ”Kalau berpendapat perempuan lebih baik shalat di rumah, maka semestinya juga tak boleh keluar rumah pergi ke mall,” tandasnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto