Ikhtiar Maksimal
Luthfiyah menerangkan, bahan utama roket air itu terbuat dari barang bekas botol plastik berukuran satu liter. Sementara sayapnya dari plastik mika. “Dengan bantuan air dan pipa untuk memompa, roket bisa terbang dengan kencang!” jelasnya.
Selain dirinya, Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan A Nashihun Amin SOr ikut menjadi saksi bagaimana kerja keras para siswa sepekan kemarin. Tentunya, tak lepas dari bimbingan Syukron.
Setiap siang, Syukron membawa para siswa ke sawah di Wadeng untuk berlatih aeromodelling. Pulang sorenya, dia lanjut melatih siswa membuat dan menerbangkan water rocket di sekolah.
Puncaknya Ahad kemarin (16/1/22). Syukron meminta Luthfiyah membawa kandidat lomba ke Paciran agar langsung berlatih di area sawah tempat lomba esok. Persawahan memang cocok untuk latihan karena bebas hambatan. “Nggak pakai nabrak-nabrak,” ujarnya.
Latih Mental dan Disiplin
Mereka berlatih di sana sejak pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore. Kata Luthfiyah, “Benar-benar di-drill. Dimarah-marahi, kencang lah!” Tapi para siswa itu patuh dan tegar menghadapi Syukron. Ini membuat Luthfiyah heran, “Kok mereka kuat sekali, kok nggak nangis, ya?”
Syukron memang tidak hanya melatih teknik para siswa, tapi juga melatih kedisiplinan dan mental. Masih jelas dalam ingatan Luthfiyah bagaimana perjuangan siswanya menemukan air di lokasi latihan h-1 itu. “Disuruh ambil air. Anak-anak lari ke kali, nyari air pakai timba,” terangnya.
Ini berlangsung hingga siang hari. Setelah istirahat, sholat, dan makan sebentar, Syukron meminta mereka lanjut bertanding dengan siswa yang bersekolah di daerah setempat. Dia mengatakan, “Sparing sama siswa SMP Karangasem.”
Ternyata ikhtiar persiapan mereka berlanjut ketika sampai di sekolah sorenya. Sampai pukul 21.00 WIB, mereka lanjut merakit roket di depan sekolah untuk lomba esok (17/1/22). Dia mengungkap, “Masing-masing tim bikin dua roket untuk lomba.”
Sebab, roket yang ada, tidak memungkinkan untuk lanjut digunakan pada lomba. “Sudah hancur, dipakai latihan berkali-kali dari pagi sampai sore. Nabrak-nabrak ada bagian yang lepas,” kenangnya.
Baru setelah mendengar pengumuman juara itu, para siswa sadar kerasnya latihan yang mereka tempuh itulah yang memang mereka butuhkan sebagai proses menuju juara. Luthfiyah pun antusias membenarkan curhatan mereka, sebelum lanjut memotivasi. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni