MPS Kunjungi Ponpes ABK Ahmad Dahlan Banyuwangi, Ini yang Terjadi, laporan Sugiran, kontributor Situbondo.
PWMU.CO – MPS Kunjungi Ponpes Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) KH Ahmad Dahlan di Jalan Singosari 3B Banyuwangi, Jumat (14/1/2022).
Memasuki lokasi ponpes yang tidak jauh dari Masjid Ahmad Dahlan Banyuwangi, rombongan Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim yang dikomandani oleh ketuanya, Drs Imam Hambali MPd disambut oleh kepala ponpes, guru pendamping dan santri ponpes.
Tiba-tiba ada santri yang minta gendong kepada salah satu personel MPS PWM Jatim. Maka terjadilah adegan penggendongan di saat teman-temannya yang lain bersalaman menyambut tamu.
Santri Jawa dan Luar Jawa
Kepala Ponpes ABK KH Ahmad Dahlan Banyuwangi Athfal Fadholi mengawali sambutan dengan menyampaikan permohonan maaf atas tingkat laku santrinya.
“Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada santri kami yang tiba-tiba minta gendong ataupun mencubit bapak-ibu sekalian. Namanya anak berkebutuhan khusus dan itu yang dialami oleh kami dan guru pendamping setiap hari,” ungkapnya.
Saat ini, lanjutnya, ponpes ABK di Indonesia hanya ada di tiga tempat, yaitu di Kudus Jateng, Gunungkidul DI Yogyakarta dan Banyuwangi Jatim.
“Ponpes ABK KH Ahmad Dahlan berdiri akhir 2019. Saat ini santri kami totalnya ada 21 anak dan yang tinggal di asrama 18 anak. Mereka tidak hanya dari Banyuwangi, namun ada juga yang dari luar Jatim bahkan luar Jawa. Diantaranya Cirebon Jabar, Bengkulu Sumatera, Kalimantan dan Papua,” ungkapnya.
“Mereka ada yang mengalami hambatan penglihatan, hambatan pendengaran, hambatan bicara, hambatan berpikir, autis dan ADHD (Attentions Deficit Hyperactivity Disorder). Dan kami memiliki 18 guru pendamping,” tambahnya.
Pendanaan, sambungnya, masih subsidi silang. Hal ini karena secara ekonomi 50 persen yang perlu dibantu biayanya. Alhamdulillah selama ini Lazismu Banyuwangi ikut mendukung dalam pendanaan.
“Akhirnya terbersit untuk mendirikan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) untuk anak-anak yang pembiayaannya perlu dibantu. Dinsos Banyuwangi sudah beberapa kali survei dan tidak ada masalah,” jelasnya.
Ketika diberikan kesempatan oleh MPS PWM Jatim, salah satu guru pendamping, Riski Ardiani menyampaikan beberapa kendala atau masalah yang terjadi.
“Kami para guru pendamping anak membutuhkan alat permainan edukatif (APE). Misalnya crayon kadang tiba-tiba dikunyah atau dibuang. Permainan anak seperti ayunan dan yang lainnya juga diperlukan. Terakhir kami mohon kesejahteraan atau honor bisa ditingkatkan. Kadang kami sampai jam 5 sore bahkan 10 malam kalau anak-anak bermasalah,” paparnya.
Baca sambungan di halaman 2: Manfat Turba