PWMU.CO– Iman itu ibarat tanaman. Jika lama tidak disiram bisa gersang dan akhirnya mati. Tanaman perlu dirawat dengan mencabuti rumput yang tumbuh di sekitarnya.
Demikian disampaikan Ustadz Imam MPKd saat pengajian Dino Putih yang diadakan tiap pertengahan bulan Hijriyah di Masjid Nurul Iman Ketanon, Kedungwaru, Tulungagung, Senin (17/1/2022).
Menurut Imam, dengan majelis pengajian salah satu usaha merawat iman kita. ”Manusia berdasarkan sifatnya menjadi menjadi tiga golongan yaitu manusia yang takwa, kafir dan munafik. Masing-masing mempunyai ciri yang telah digambarkan dalam al-Quran,” katanya.
Dia menerangkan, ciri golongan orang takwa menurut surat al-Baqarah ayat 2-5 Allah menerangkan yaitu mereka yang percaya dengan kitab dan tidak ada keraguan. Kemudian percaya dengan gaib, misal tentang surga dan neraka, alam kandungan, alam barzah, alam mahsar.
”Ciri berikutnya mendirikan shalat. Shalat harus sesuai dengan tuntunan Rasul seperti yang sudah dimuat dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah,” ujar Ustadz Imam.
Ciri selanjutnya berinfak dari sebagian hartanya. Berikutnya beriman kepada al-Quran dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Meskipun ada beberapa ayat yang tidak disenangi namun sebagai orang beriman harus bisa menerima. Seperti ayat tentang poligami yang tidak disukai oleh kaum wanita.
Kafir dan Munafik
Golongan kedua, yaitu orang kafir. Ciri orang kafir dijelaskan Allah swt dalam surat al-Baqarah ayat 6-7. Disebutkan, orang-orang kafir bersikap sama saja diberi peringatan maupun tidak, mereka tetap tidak beriman. Sebab hati, mata, dan telinga orang-orang kafir telah dikunci.
”Walaupun hatinya telah mati tetap harus didakwahi. Dalam surat ar-Ra’du, Allah mengatakan tugas pendakwah itu hanya menyampaikan saja dan Allah yang menghitung,” ujarnya.
Kafir artinya menutup dari kebenaran karena tidak sesuai dengan nafsu dan kepentingannya. ”Di dalam seluruh sendi kehidupan pasti ada ciri-ciri kafir ini, termasuk dalam bidang politik, seringkali terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan syari’ah. Money politic termasuk ciri didalamnya, karena menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan,” tandasnya.
Golongan ketiga, kaum munafik. Dalam surat al-Baqarah ayat 8-10. Allah berfirman, di antara manusia itu ada yang berkata, kami beriman kepada Allah dan hari akhir. Padahal mereka tidak beriman, sesungguhnya mereka hanya menipu di mereka sendiri.
Kisah Abdullah bin Ubay, sambung Imam, adalah contoh orang munafik. Di waktu Rasulullah hijrah ke Madinah, Abdullah bin Ubay baru saja diangkat menjadi pemimpin kaumnya. Kehadiran Rasulullah menjadikan kepemimpinan Abdullah bin Ubay tersaingi.
Karena itu Ibnu Ubay menjadi oposisi. Walaupun dia menyatakan beriman, tapi di belakang Rasul, dia menghasut dan mengadu domba umat di Madinah.
”Karena posisi orang munafik itu ada di antara orang takwa dan orang kafir, maka umat harus berhati-hati perilakunya. Orang inilah yang banyak ada di antara kita,” tandasnya. (*)
Penulis Hendra Pornama Editor Sugeng Purwanto