PAUD Gresik Inklusif
Usai Sayyidah menerangkan lebih dalam tentang autisme dan penerapan TEACCH (Treatment and Education of Autistic and related Communications handicapped Children) pada siswa TK-KB, para peserta antusias bertanya. Salah satunya Fitri dari KB Aisyiyah Driyorejo. Usai menceritakan perilaku siswanya, dia juga menanyakan cara agar teman-teman di kelas bisa menerima siswa tersebut.
Setelah memberikan tips menangani perilaku siswa itu, Sayyidah lantas mengajak menemukan kelebihannya. Kelebihan itulah yang bisa dikenalkan ke teman-temannya. Siswa di kelas juga diajak memahami bahwa setiap mereka spesial, memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal tertentu.
Peserta lainnya, Alfa dari TK Aisyiyah Wringinanom bertanya, “Kalau pertemuan yang hanya 2,5 jam perhari itu, perhatian untuk anak berkebutuhan khusus kita kasih lebih, bagaimana dengan anak-anak yang lain?” Begitupula dengan nasib rencana kegiatan hariannya.
Innik Hikmatin menegaskan, “Semua PAUD di Kabupaten Gresik harus menjadi PAUD inklusif.” Dia lantas mendorong agar guru melayani siswa sesuai kebutuhan. Bahkan siswa lain yang sudah mampu, bisa ikut membantu temannya yang membutuhkan.
Dengan keterbatasan tenaga guru, maka dia mengingatkan perlu melibatkan orangtua siswa itu.”Orangtua tidak boleh ‘wes pokoke tak titipno’, tidak demikian! Itu namanya, orangtua meremehkan takdir Gusti Allah. Anak itu manusia yang perlu dimanusiakan. Tidak boleh disia-siakan, hanya dianggap mengganggu lingkungannya,” tuturnya.
Selain itu, Innik mengajak guru memahamkan wali siswa lainnya agar bisa menerima. “Ananda ini punya kelebihan dan itu titipan Allah. Dia bisa bermanfaat ketika kita berdayakan. Kita harus memberdayakan semua unsur di lingkungan kita!” jelas Innik.
“Insyaallah kita berhasil, kita menjadi sekolah-sekolah Aisyiyah yang menerima titipan-titipan anak istimewa dan masyarakat dan Allah SWT,” terangnya.
Baca sambungan di halaman 3: Kisah Mengharukan