Pengembangan Diri
Adapun pertanyaan mengenai pengembangan pengalaman, Tari menuliskan pengalamannya yang mendapat kritik atau saran sebagai masukan. Dengan menyebutkan detail tanggal, bulan, dan tahun, ia mengatakan pernah dikritik oleh teman sejawatnya.
“Saya sebutkan kalau saya dikritik oleh teman saya, yaitu ustadzah tertentu, bahwa saya dikatakan tidak bisa mengajar daring siswa SD kelas IV. Tapi ia mengatakan bahwa saya cocoknya mengajar daring anak kuliah,” ungkapnya.
“Saya shocked, saya merasa bukan menjadi guru. Tapi kemudian saya menyendiri. Saya mencari cara mengajar secara daring yang sesuai untuk anak kelas IV SD,” terangnya.
Dia akhirnya berusaha mencari tahu, belajar, dan latihan sendiri cara mengajar di depan cermin hingga siap untuk menjadi guru yang diinginkan.
Pengembangan Orang Lain
Untuk pengalaman pengembangan terhadap orang lain, Tari mencontohkan meningkatkan kualitas melalui perlombaan riset ilmiah dan mempersiapkan orang lain pada tugas.
“Misalnya Bapak Ibu memiliki guru baru. Kalau di SDMM misalnya kemarin Ustadz Shofan (Shofan Hariyanto MPd mengetahui ada ustadz baru masuk, yaitu Ustadz Fafa (Muhammad Fais Alfafa SPd). Bagaimana cara mendampingi Ustadz Fafa?” tanya dia retorik.
Dia menekankan harus mengenal personality (kepribadian) dulu. “Kesukaan dan ketidaksukaan Ustadz Fafa apa? Baru kemudian mengajarkan bagaimana sih Ustadz Fafa menempati jabatan barunya di laboratorium komputer mendampingi Ustadz Shofan,” kata Tari. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni