PWMU.CO– Orang zalim menjadi topik Kajian Ahad Pagi Masjid al-Qohhar PCM Lakarsantri menghadirkan pembicara KH Choiruddin MAg, Wakil Ketua PDM Surabaya, Ahad (23/1/2022) setelah shalat Subuh.
Kajian membahas tafsir surat an-Nisa ayat 150-151
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir)
Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.
Menurut KH Choiruddin, ayat ini menggambarkan orang yang kafir orisinal yaitu orang yang lebih zalim daripada orang zalim. ”Jadi kafir tulen sejati itu diberi peringatan atau tidak tetap tidak akan berubah,” kata pengasuh Ponpes Ummul Quro Warugunung Surabaya.
”Mereka ini orang-orang yang sudah tahu atau diberi peringatan, namun tetap mengingkari. Itulah orang kafir orisinil,” tuturnya.
Pengajian kemudian lebih banyak tanya jawab dengan jamaah Masjid al-Qohhar. Seorang jamaah Aldi bertanya, bagaimana cara berhubungan dengan orang kafir?
Menurut dia, dalam berhubungan dengan orang kafir, kita diperbolehkan seperti berdagang atau bermasyarakat kita boleh berhubungan. ”Sepanjang tidak berhubungan dalam masalah akidah. Lha yang mana itu termasuk akidah? Ngajio … Itulah perlunya ngaji,” ujar Ustadz Choirudin.
Agus Cahyono, jamaah lainnya bertanya, bolehkah umat muslim menerima bingkisan atau hadiah dari umat Nasrani seperti di saat Natal?
”Singkatnya kalau mau, boleh kita terima. Sepanjang tidak ada syarat dari mereka. Misalnya, mengucapkan selamat hari ini atau itu. Tapi kalau ragu, ya tidak usah diterima,” tandasnya.
Lalu bagaimana kalau hadiah itu harus diambil di gereja? ”Bilang saja kalau niatnya ngasih ya bawa ke sini,” tandasnya.
Sunaryati dari jamaah perempuan bertanya, kebiasaan salaman setelah shalat berjamaah. Ustadz Choiruddin menjawab, Nabi selesai shalat itu langsung beristighfar. Setelah itu keluar untuk urusan lainnya.
”Nabi Muhammad yang dijamin Allah masuk surga masih beristighfar 100 kali dalam sehari. Bagaimana kita yang belum tentu dijamin surga, bisakah kita istighfar 100 kali sehari?” ujarnya.
Karena kita banyak salah, banyak kurangnya, Ustadz Choiruddin menyerukan, perbanyak istighfar. ”Kita harus merendah. Mengakui banyak kesalahan kita. Kita belum dijamin Allah. Nabi yang sudah dijamin, istighfarnya bisa 100 kali,” tandasnya.
Selesai Kajian Ahad Pagi diakhiri dengan sarapan bareng. (*)
Penulis Ichsan Mahyudin Editor Sugeng Purwanto