Tidak Mendikotomikan Dunia-Agama
Dia menegaskan, Muhammadiyah mendefinisikan agama dan dunia, namun tidak mendikotomikan atau memisahkan agama dan dunia. Muhammadiyah tidak berpaham sekuler. Karena rumusan definisi dunia di atas terdapat dalam Qur’an dan sunnah.
Kenapa Muhammadiyah mendefinisikan agama dan dunia? Dia menerangkan watak gerakan Muhammadiyah ada tiga. “Islamic movement, diaktualisasikan amar makruf nahi mungkar, spirit tajdid,” paparnya.
Dia menekankan Muhammadiyah tajdid oriented, yaitu gerakan purifikasi dan modern. “Muhammadiyah memisahkan mana yang ijtihad dan mana yang tidak,” jelasnya.
Lukman mengutip kata Syeh Muhammad Abduh, “Islam ini tidak bisa maju karena perilaku umat Islam yang statis.” Ketika beliau di Barat mengatakan, “Saya melihat nilai-nilai Islam tapi di sana tidak ada komunitas Islam.”
Lalu ketika dia melihat umat Islam ketika itu mengatakan, “Saya melihat komunitas Islam, tapi tanpa mengamalkan spirit dan ajaran Islam.”
“Sebagai pegiat pendidikan, wajib mengikuti arus zaman namun agamis!” tutur Lukman. Mengingat, sebagian besar peserta kajian malam itu berprofesi guru.
Lukman pun mengingatkan Manhaj Tarjih Nomor 14, yaitu dalam hal masalah duniawiah Muhammadiyah menggunakan akal sehat demi kemaslahatan.
Definisi Ibadah
Lukman menerangkan definisi ibadah dalam Muhammadiyah. Ibadah adalah ber-taqarrubatau mendekatkan diri. Ada dua ibadah. Pertama, amah atau umum. Kedua, khassah(khusus atau spesifik).
Ibadah umum yaitu segala aktivitas yang diizinakan oleh syariat, misalnya makan, minum, dan bekerja. Dia meluruskan, melayani pasien di rumah sakit itu bentuk ibadah, bukan sebuah pekerjaan saja.
Sedangkan ibadah spesifik atau mahdzah, ditentukan tata cara pelaksanaannya. Lukman mencontohkan, ketika shalat sudah ditentukan kaifiyat bagaimana niat, takbir, iftitah dan lain-lain. “Hukum asal ibadah adalah haram atau batal sampai ada dalil yang memerintahkan,” jelas Lukman. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni