PWMU.CO– Islam rahmatan lil alamin dikupas tafsirnya dalam Ngaji Reboan oleh Dr Mahsun Jayadi di Masjid al-Fattah Kompleks SD Muhammadiyah 29 Jl. Simokalangan Barat Tol Surabaya, Rabu (26/1/2022).
Mahsun Jayadi mengatakan, ketika mengadakan kegiatan berbagi, apakah harus berpikir yang menerima harus sesama orang Islam, harus orang seiman, harus orang satu golongan, satu organisasi, satu partai?
”Tidak seperti itu. Kita peduli dan berbagi, wajib kita niatkan untuk siapa saja yang membutuhkan. Lintas golongan, lintas organisasi, lintas partai, lintas agama. Paradigma kepedulian kita adalah kemanusiaan,” kata Mahsun yang dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, sambung dia, artinya membawa rahmat untuk semua umat secara keseluruhan. ”Dikatakan demikian karena Islam datang membawa ketenangan, kedamaian, keamanan, dan perlindungan kepada umat manusia,” kata Direktur Lembaga Pengembangan Pesantren Mahasiswa yang membawahi Ma’had Umar bin Khattab Surabaya.
Agama Islam menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, kata dia. Setiap muslim diwajibkan saling menghargai dan memuliakan manusia, tanpa terkecuali. Firman Allah dalam surat al-Isra ayat 70
وَلَـقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِىۡۤ اٰدَمَ وَحَمَلۡنٰهُمۡ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنٰهُمۡ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلۡنٰهُمۡ عَلٰى كَثِيۡرٍ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيۡلًا
Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkat (derajat) mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, memiliki landasan teologi yang kuat yakni pada surat al-Anbiya ayat 107
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.
”Dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa Nabi Muhammad saw dengan agama Islamnya, diutus oleh Allah untuk seluruh alam semesta. Tujuan Allah mengutus Nabi Muhammad membawa agama Islam bukan untuk membinasakan orang-orang kafir. Sampai kapanpun orang kafir tetap ada, orang yang melecehkan agama Islam juga tetap akan ada. Maka kehadiran agama Islam untuk mengedukasi manusia, untuk menumbuhkan pengertian dan pemahaman, dan untuk menciptakan perdamaian,” tandasnya.
Keagungan pancaran nikmat dan manfaat dari nilai-nilai ajaran Islam tidak hanya dirasakan antar sesama muslimin, tetapi seluruh alam semesta baik manusia apapun agama dan kepercayaannya maupun lingkungan hidup baik hewan tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya.
Tafsir Ibnul Qayyim
Secara bahasa, ulas Mahsun, kata rahmat berarti kelembutan. Kata ini bisa juga diartikan sebagai kasih sayang. Artinya, Rasulullah saw diutus oleh Allah swt untuk memberikan kasih sayang kepada seluruh umat manusia, bahkan seluruh makhluk di alam ini.
Menurut Mahsun, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menafsirkan Islam rahmatan lil alamin ke dalam dua pendapat. Pertama, alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad saw.
Kedua, Islam adalah rahmat bagi setiap manusia. Orang yang beriman akan menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaatnya di dunia maupun di akhirat.
Muhammad bin Ali Asy Syaukani, memahami ayat ini adalah tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad dengan membawa hukum-hukum syariat, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia tanpa ada keadaan atau alasan khusus yang menjadi pengecualian.
Dengan kata lain, satu-satunya alasan mengutus Nabi Muhammad sebagai rahmat yang luas. Karena Allah mengutus dengan membawa sesuatu yang menjadi sebab kebahagiaan di akhirat.
Muhammad bin Jarir Ath Thabari menyatakan, para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini. Apakah seluruh manusia itu termasuk mukmin dan kafir, ataukah hanya mukmin? Ath-Thabari condong berpendapat yang dimaksud seluruh manusia mukmin maupun kafir.
Quraisy Shihab menyatakan, Islam rahmatan lil alamin artinya, sosok Nabi Muhammad saw dengan ajaran yang dibawanya sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rahmat artinya mencakup manusia, tumbuhan, hewan, dan juga benda tak bernyawa.
Kata Mahsun, penafsiran Islam rahmatan lil alamin oleh Quraish Shihab mengandung tiga konteks. Pertama, perluasan makna, hal ini ditandai dengan luasnya sasaran rahmat yang mencakup manusia, tumbuhan, hewan, dan makhluk tak bernyawa.
Kedua, teologi inklusif, ditandai dengan diutusnya Nabi Muhammad sebagai rahmat serta membawa ajaran yang penuh rahmat, tidak lain menjadikan manusia menjadi agen-agen rahmat yang baru.
Ketiga, semangat membumikan al-Quran. Ditandai dengan luasnya cakupan rahmat yang memiliki tujuan untuk membumikan ajaran al-Quran di tengah kehidupan manusia.
”Lalu apa kaitannya Islam rahmatan lil alamin dengan kehidupan kita sekarang? Apa relevansinya dengan tugas hidup keseharian kita sekarang dan ke depan?” ujar Mahsun.
Dia menyebut ada empat relevansi. Pertama, sebagai manusia dituntut senantiasa beribadah kepada Allah dan bertakwa sebagai wujud syukur diutusnya Nabi Muhammad saw sebagai rahmatan lil alamin.
”Kedua, hubungan manusia dengan sesamanya, manusia dituntut untuk selalu menghargai dan menghormati sesama manusia lainnya meskipun berbeda agama dan pemikiran,” tuturnya.
Ketiga, hubungan manusia dengan alam sekitar, manusia dituntut melestarikan alam dengan menjaganya dari kerusakan sebagai aplikasi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
Keempat, dari saat ini dan ke depan sampai Allah swt menjemput kita, hendaklah tanamkan prinsip dalam hidup bahwa tugas kita selain sebagai abdullah yakni hamba Allah, juga sebagai khalifatullah yakni sebagai orang yang diamanahi untuk memimpin dan melestarikan kehidupan di dunia ini. Semua ini kita lakukan dengan keikhlasan. Semua kepedulian dan semangat berbagi kita adalah untuk semua. (*)
Penulis Jahja Sholahuddin Editor Sugeng Purwanto