Sosok Ini Antarkan Surabaya Jadi Sasaran Program Inovasi Muhammadiyah-Australia, laporan Sayyidah Nuriyah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Ketua Majelis Dikdasmen PWM Jatim Dr Arbaiyah Yusuf MA bongkar perjuangan sosok yang antarkan Surabaya terpilih menjadi salah satu dari enam kabupaten/kota sasaran Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi).
Hal ini dia ungkap saat menghadiri Gebyar Puncak Literasi di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 5 Surabaya, Selasa (25/1/2022). Arbaiyah menjelaskan, Program Literasi Numerasi Sekolah/Madrasah Muhammadiyah Jawa Timur itu meliputi Joint Monitoring Visit (JMV) dan evaluasi serta Visit Mini Showcase.
Sejarah Keterlibatan Surabaya
JMV dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota sasaran. Keenam kabupaten/kota itu meliputi Sidoarjo, Malang, Gresik, Surabaya, Lamongan, dan Ponorogo dan melibatkan 40 SD/MI yang tersebar di sana.
“Di fase dua ini, program dilaksanakan untuk peningkatan literasi di tujuh SD dan 15 MI. Sementara untuk numerasi di sembilan SD dan sembilan MI,” papar Arbaiyah. Sedangkan untuk Kota Surabaya, ada lima MI dan satu sekolah yang diajak bekerja sama.
Arbaiyah menekankan, keterlibatan sekolah/madrasah Surabaya dalam program ini tak terlepas dari perjuangan Kepala MI Muhammadiyah 5 Surabaya Umi Sarofah SPd MPd.
Ini bermula ketika Umi—sapaan akrabnya—diminta presentasi pada tingkat nasional di MI Watukebo. “Karena karya-karyanya sudah ditentukan terbaik nasional,” ungkap Arbaiyah.
Kemudian Arbaiyah menceritakan curhatan Umi. “Di Watukebo masuk nasional, di Surabaya kok nggak tahu ada program literasi,” ujarnya menirukan ucapan Umi.
“Jadi beliau terus melakukan pendekatan bagaimana kemudian di Surabaya ini menjadi sasaran,” terangnya.
Prioritaskan MI
Dalam perbincangannya, lanjutnya, Inovasi meminta MI jadi prioritas. “Surabaya bisa masuk, bahkan seluruh MInya menjadi sasaran,” ungkap dia. “Lalu ditambah satu SD. Masak SDnya begitu banyak kok nggak ada yang jadi sasaran,” imbuhnya.
Arbaiyah menilai, Umi sudah punya perhitungan. “Nggak mungkin Surabaya dijadikan sasaran kalau diam-diam saja. Sehingga beliau terus-menerus melakukan upaya,” jelas Arbaiyah.
Pada akhirnya, lanjut Arbaiyah, sesuai kebijakan saat itu berbarengan dengan Kanwil Kemenag Jatim mengupayakan madrasah-madrasah mendapat pembinaan. Dia menegaskan, “Tidak hanya madrasah Maarif, negeri, tapi juga Muhammadiyah!”
Sebab, Muhammadiyah juga punya banyak madrasah. Menurutnya, Inovasi sangat membantu membangun wacana bahwa madrasah tidak hanya madrasah negeri dan Maarif saja.
Arbaiyah bercerita, Inovasi sempat hampir menolak menjadikan Kabupaten Ponorogo sebagai sasaran progamnya karena dianggap terlalu jauh dari bandara. “Kalau nanti kunjungan jauh sekali. Maka kami sampaikan itu madrasahnya banyak dan perlu pendampingan,” terangnya.
Selain itu, kata Arbaiyah, Kabupaten Ponorogo bisa menjadi sasaran karena ada kerja sama dengan perguruan tinggi UM Ponorogo. Ini sejalan dengan pemaparan Deputy Director Systems & Policy Inovasi Joanne Dowling.
Di mana Muhammadiyah melibatkan enam perguruan tinggi di setiap kota/kabupaten mitra. Yaitu Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla), Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), dan Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO).
“Dosen dari universitas tersebut juga diberdayakan untuk bisa melatih fasilitator daerah,” terang Joanne.
Ketua Majelis Dikdasmen PDM Surabaya Dr H M Ridwan MPd pun mengungkapkan rasa syukurnya. “Alhamdulillah, MI yang di Surabaya meski jumlahnya masih 5 tapi kami Majelis Dikdasmen selalu mendorong, mendampingi agar benar-benar menjadi sekolah yang unggul di Surabaya,” terangnya.
“Bahkan, kalau kita lihat MI Muhammadiyah 5 ini Insyaallah jumlah siswanya sangat banyak, 400-500,” ungkap Ridwan.
Ridwan menyatakan, pihaknya sangat mendukung dan senantiasa mendampingi koordinasi kepala sekolah. “Agar tidak mengecewakan. Kami snagat berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan,” imbuhnya.
Baca sambungan di halaman 2: Joint Monev