Karyawan RSMG Didoakan Kelak Bertemu di Surga

Suasana pengajian Ikatan Karyawan Kesehatan Muhammadiyah RSMG. (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Karyawan RSMG Didoakan Kelak Bertemu di Surga. Demikian disampaikan Hj Nurfadlilah SPd dalam pengajian Ikatan Karyawan Kesehatan Muhammadiyah.

Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik (RSMG) menggelar kajian rutin untuk Ikatan Karyawan Kesehatan Muhammadiyah (IKKM), di Aula SD Muhammadiyah 2 Gresik, Jumat  (21/1/2022). 

Pengajian tatap muka yang kedua menghadirkan narasumber Hj Nurfadlilah SPd, Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Gresik. Sebanyak 100 karyawan mengikuti acara bertema Indahnya Menjaga Ukhuwah Islamiyah.

Kajian IKKM hampir dua tahun tidak diadakan secara tatap muka karena pandemi Covid-19. Selama itu kegiatan diadakan kajian online.

Mengawali ceramahnya, Bu Nur, sapaannya, menyapa karyawan, “Adakah Bapak/Ibu yang mau purnatugas? Sontak yang hadir menjawab, “Ada Bu, dua orang, Pak Roni (Moch. Aschoroni) dan Bu Susi )Dewi Susilowati).” 

“Ya meskipun nanti sudah purnatugas, jangan malu dan minder. Tetap menjalin persaudaraan dengan teman-teman RSMG yang masih aktif bekerja,” tutur Nurfadlilah.

Dia juga mengimbau kepada pihak managemen, hendaknya kalau RSMG ada acara besar jangan melupakan mereka, tapi bisa mengundang teman-teman yang sudah purnatugas.

Ukhuwah Islamiyah Indah

Bu Nur lalu bertanya secara retoris, “Bagamana menjaga ukhuwah islamiyah tetap indah?” 

“Tentu syaratnya setiap individu harus memiliki akhlak yang baik dan mulia. Tidak mungkin persaudaraan bisa tetap terjaga indah jika di antara sesama saudara Muslim mempunyai akhlak yang buruk,” dia menjawab sendiri pertanyaannya.

Nurfadlilah kemudian mengutip kitab Mukhtasar bab al-Ulfah wal-Ukhwah karya Ibnu Qudamah al-Makdisi Rahimahullah:

“Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa sesungguhnya persatuan merupakan buah dari akhlak yang baik, dan perpecahan itu merupakan buah dari akhlak yang buruk.

Karena akhlak yang baik akan melahirkan saling cinta mencintai, sayang menyayangi, adanya persatuan dan kesatuan, sebaliknya akhlak yang buruk akan membuahkan kebencian, saling dengki, hasad dan saling memusuhi.”

Bu Nur lalu bertanya lagi dengan gaya retoris, “Kenapa demikian ya?”

“Karena akhlak yang baik itu mengundang simpati bagi orang yang melihatnya, sebaliknya akhlak yang buruknmenyebabkan orang lain tidak suka melihatnya dan membencinya,” jawabnya.

Contoh akhlak yang baik, kata dia adalah ramah, murah senyum, perhatian, peduli, suka menolong. 

“Kalau temannya kesulitan butuh pinjam uang, kalau punya ya dipinjami saja. Syukur punya kepekaan, belum nembung sudah ngerti kesulitan saudaranya. Inilah salah satu cara agar persaudaraan tetap terjaga indah,” urainya.

Nurfadlilah juga mencontohkan bagaimana Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Ketika hijrah dari Mekah ke Madinah, kaum Anshar begitu antusias dan hangat menyambut kaum Muhajirin. 

“Apapun yang dimilikinya ditawarkan untuk membuat kaum Muhajirin merasa diterima sebagai saudara. Sehingga disiapkan tempat tinggal, makanan, dan lain sebagainya. Sampai-sampai yang istrinya lebih dari satu, ditawarkan boleh diperistri/bisa dinikahi kaum Muhajirin, tetapi kaum Muhajirin menjaga iffah-nya hanya ingin ditunjukkan pasar,” ujar wanita dengan dua ana dan enam cucu ini.

Baca sambungan di halaman 2: Bukti Keimanan

Karyawan RSMG yang tergabung dalam Ikatan Karyawan Kesehatan Muhammadiyah (IKKM). (Istimewa/PWMU.CO)

Bukti Keimanan

Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya itu, menuturkan menjaga ukhuwah islamiyah adalah bukti keimanan kepada Allah. 

Hal ini sesuai Firman Allah dalam Ali Imran 103 yang artinya: “Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara.”

Nurfadlilah juga mengutip al-Hujurat 10 yang artinya: “Sesungguhnya orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”

Ketua Corp Mubalighat Aisyiyah (CMA) Gresik itu menjelaskan syarat menjaga indahnya ukhuwah Islamiyah, yakni hendaknya setiap Muslim membangun persaudaraan atas dasar mahabbah fillah (cinta karena Allah) yang dibuktikan dengan membersihkan hati dari sifat iri, dengki, permusuhan, dan pertengkaran. 

Mahabbah fillah bisa mendorong orang Mukmin memposisikan orang lain seperti diri sendiri. Sebagaimana sabda Nabi SAW dalam hadits shahih yg diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang artinya: ‘Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.’,” paparnya.

Nurfadlilah juga menyampaikan, seseorang dijamin Allah masuk surga-Nya, jika saling berkunjung diniatkan karena cintanya pada Allah.

Dia lalu menceritakan kisah dalam hadits diriwayatkan Imam Muslim: “Ada seorang laki-laki pergi mengunjungi saudaranya. Malaikat bertanya kepadanya, ‘Apakah kamu mengunjungi karena suatu kepentingan?’ Dia menjawab: ‘Tidak.’ “Atau ada hubungan kerabat?’ Dia menjawab: ‘Tidak.’ “Lalu apa yang membuatmu mengunjinginya?’ “Karena aku mencintainya karena Allah.’ 

Malaikat itu berkata: ‘Sesungguhnya Allah mengutusku kepadamu untuk memberitahumu, bahwa Allah mencintaimu karena kau telah mencintai saudaramu, dan Allah telah menjamin untukmu surga.’”

Bertemu di Surga

Berdasarkan hadit di atas, Nurfadlilah berharap, kelak semua karyawan RSMG bisa ketemu di surga. “Saya lihat persaudaraan di RSMG ini luar biasa. Dari direkturnya sampai bawahan: semuanya dekat, sampai juru parkir pun seperti saudara,” ujarnya.

Dia berharap, jika di surga nanti tidak ketemu dirinya, Nurfadlilah memohon karyawanRSMG nanti wadul ke Allah, “Ya Allah, mana Bu Nur yang dulu bimrah di RSMG, kok belum kelihatan di surga?” 

“Insyaallah nanti Allah akan menyuruh ngentas dari neraka. Ini hanya contoh nggeh. Semoga kita bisa bareng-bareng memasuki surga Allah,” ujarnya.

Di akhir materinya, Bu Nur menyimpulkan, menjaga ukhuwah islamiyah tetap indah, pertama, diperlukan perpaduan akhlak yang baik. Karena akhlak yang baik adalah perekat, tali pengikat ukhwah islamiyah. 

Kedua, cinta sesama saudara didasari mahabbah fillah. Ketiga, memperlakukan saudaranya seperti dirinya sendiri. 

“Inilah yang membuat umat Islam menjadi kuat dan punya marwah dan wibawa,” kata dia. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version