Literasi Bukan Sekadar Membaca
Profesor itu menegaskan pentingnya minat dan kemampuan membaca. “Sebenarnya literasi itu lebih tinggi dari sekadar membaca. Membaca itu pun tidak sekadar membaca!” lanjutnya.
Dia menekankan proses understanding. Yaitu bagaimana pembaca bisa memahami teks, juga mereproduksi apa yang telah dia baca ke dalam bentuk lain yang menggambarkan kemampuannya dalam mengekspresikan gagasan.
Dengan berliterasi, Prof Mu’ti berharap, anak punya minat membaca yang tinggi sehingga bisa mengekspresikan ilmunya dalam bentuk komunikasi lisan, kemudian komunikasi tulisan.
Prof Abdul Mu’ti
Setelah program ini berjalan dan terbukti para siswa punya kemampuan literasi, Prof Mu’ti melontarkan pertanyaan kritis untuk memikirkan apa tindak lanjutnya. “Pertanyaan berikutnya, what for?”
Maka, dia mengingatkan reading and literacy habit (kebiasaan membaca dan berliterasi) juga bagian penting program Inovasi. “Reading habit itu dalam jangka panjang harus menumbuhkan budaya literasi. Memang harus ada gerakan agar literasi menjadi budaya!” tutur Prof Mu’ti.
Jadi selanjutnya, menurut Mu’ti, perlu membangun budaya literasi. Kata dia, tes-tes sebenarnya bukan tujuan utama literasi. “Tahun pertama ketika saya mengikuti dan mengevaluasi program ini, saya bisa melihat bagaimana anak-anak itu telah mampu membaca dan menulis dengan baik,” ujar lulusan University Flinders Of South Australia itu.
Dengan berliterasi, Prof Mu’ti berharap, anak punya minat membaca yang tinggi sehingga bisa mengekspresikan ilmunya dalam bentuk komunikasi lisan, kemudian komunikasi tulisan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni