PWMU.CO– Peserta istimewa Rakerwil Lazismu Jatim datang dari Provinsi Banten dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka diundang mengikuti Rakerwil yang digelar di Kota Madiun, Sabtu-Ahad (29-30/1/2022).
Peserta istimewa itu Lazismu Banten adalah Wakil Ketua Alamsyah Basri dan Wakil Sekretaris Mahmudin. Sedangkan dari Lazismu NTT hadir Wakil Ketua Dzulkhaidir Abdussamad.
Alamsyah dan Mahmudin menjelaskan, hadir di Rekerwil ini untuk belajar manajemen Lazismu Jawa Timur. “Lazismu Banten baru satu tahun berdiri. Diresmikan pada Februari 2021 oleh Sekum PP Muhammadiyah Pak Abdul Mu’ti,” tutur Alamsyah yang juga menjadi dosen di Universitas Banten Jaya Serang.
Dia mengatakan, paparan materi yang disampaikan narasumber sangat menarik. Tiga hal yang dia dapat simpulkan dalam manajemen Lazismu Jatim. Pertama, amil sebagai profesi yang sepenuhnya bekerja di Lazismu. Kedua, konsisten dengan program dan pekerjaan. Ketiga, konsolidasi.
“Di Lazismu Banten karena baru, semua masih dikerjakan sambilan. Belum merekrut amil yang kerja sepenuhnya. Karena itu ini menjadi catatan kami rekrutmen amil sekaligus menyepakati besarnya bagian amil untuk biaya operasional,” tutur Alamsyah yang juga Sekretaris PCM Serang.
Dia juga mendapatkan pengertian baru dari makna konsolidasi sumber daya manusia dan organisasi dari pembicara Ali Sahidu, anggota BP Lazismu Jatim bidang keuangan.
“Konsolidasi itu dilihat dari berapa besar penyaluran bantuan yang telah diberikan. Itu yang dihitung sebagai pendapatan. Pengungkapan dengan bahasa seperti ini lebih ringan dibandingkan dengan bahasa target fundraising yang diberikan kepada amil walaupun intinya sama,” tutur Alamsyah dan Mahmudin.
Satu lagi yang dia sepemikiran adalah program Amil Go yang diluncurkan Lazismu Jatim untuk menjadikan semua pimpinan dan aktivis Muhammadiyah menjadi amil.
“Lazismu Banten juga akan meluncurkan Pelayan Lazismu yang konsepnya sama dengan Amil Go. Saya bisa pelajari konsep dan aplikasi dari Jatim ini untuk dikembangkan di tempat kami. Saya telah menghubungi semua aktivis Pemuda, IPM, IMM dan semuanya untuk jadi amil,” ujarnya.
Alamsyah dan Mahmudin juga salut dengan kebiasaan peserta Rakerwil yang ada shalat berjamaah dan kultum walaupun tempatnya di hotel. Peserta tetap bersemangat berjalan ke masjid untuk berjamaah.
Sedangkan Dzulkhaidir menuturkan, hadir di Rakerwil untuk belajar konsolidasi organisasi dan fundraising. “Di NTT Lazismu baru ada tingkat wilayah, PDM belum membentuk karena terbatasnya personal,” kata Dzulkhaidir yang alumnus UMM ini.
Dosen di Unmuh Kupang ini, sekarang sedang menyiapkan ujian disertai doktor di Universitas Muhammadiyah Malang juga.
Dia mengatakan, muslim yang minoritas di NTT harus dikonsolidasikan potensi ZIS untuk mendukung program dakwah. “Ada rencana kita perbanyak amil di daerah. Kalau mereka sudah berpengalaman bisa membentuk Lazismu daerah,” ujarnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto