PWMU.CO – Beda pendapat tentang datangnya rezeki, Imam Malik dan Imam Syafii tertawa bersama.
Kisah itu diceritakan H Hilmi Aziz MPdI pada kegiatan Pembinaan Guru dan Karyawan SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) Kebomas Gresik, Sabtu (29/1/22).
Hilmi menyampaikan janji Allah melalui Rasulullah Muhamad SAW bahwa dengan membaca istighfar akan mendatangkan berbagai manfaat. Salah satunya dapat mendatangkan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.
Dari hadits riwayat Ahmad bersumber dari ibnu Abbas, Hilmi menyampaikan hadits Rasulullah.
“Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizeki dari arah yang tidak disangka-sangka,” ujar Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kedanyang ini.
Dalam kehidupan ini, lanjutnya, kerapkali kesulitan, permasalahan menjumpai kita, dari urusan rumah tangga, urusan siswa, guru di sekolah atau urusan antar sesama manusia.
Oleh Rasullullah SAW telah diberikan solusi jika kita menjumpai masalah dan kesulitan. Solusinya seperti hadits tadi perbanyak membaca istighfar.
Setiap Kesulitan Ada Kelapangan
Senada dengan hadits riwayat Ahmad yang bersumber dari Ibnu Abbas, Ibnu Majah, dan Abu Daud meriwayatkan hadits yang berbunyi.
“Siapa yang merutinkan istighfar, dijadikan untuknya pada setiap kesulitannya ada kelapangan, dari setiap masalahnya ada jalan keluar, dan diberikan rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka,” lanjut Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua PDM Gresik ini.
Tentang Istigfar bisa membukakan pintu rezeki, Hilmi membacakanfirman Allah di Surat Nuh ayat 10-12 yang artinya, Maka Aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha-Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepadamu hujan lebat, dan membanyakkan harta, anak-anak, dan mengadakan untukmu kebun-kebun, serta mengadakan untukmu sungai-sungai.”
Manfaat Istighfar
Hilmi memaparkan sungguh luar biasa manfaat membaca istighfar ini. Lantas bagaimana rezeki itu benar-benar datang setelah kita memperbanyak membaca istighfar?
“Tentu kita harus instropeksi diri dengan beristighfar sesungguhnya kita (benar-benar) meminta ampun atas dosa dan kesalahan kita,” ujarnya.
Apakah kita cukup membaca istighfar bertawakkal akan datangnya rezeki ataukah perlu usaha untuk mendatangkannya sembari tetap dan senantiasa membiasakan lisan kita membaca istighfar?
“Sesungguhnya kedua (cara)nya di atas benar adanya sebagaimana kisah Imam Malik dan Imam Syafii ini” jawabnya sembari mengkisahkan cerita Imam guru dan murid itu.”
Dikisahkan, dalam satu majelis ilmu, Imam Malik (wafat 179 H) yang merupakan guru dari Imam Syafi’i (wafat 204 H) mengatakan bahwa rezeki itu datang tanpa sebab.
Seseorang cukup bertawakal dengan benar dan sepenuh hati, niscaya Allah akan memberikannnya rezeki.
“Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya.”
Imam Syafii memiliki pandangan berbeda dengan sang guru, Imam Syafii menyampaikan pendapat bahwa untuk mendapatkan rezeki dibutuhkan usaha dan kerja keras.
Rezeki tidak datang sendiri, melainkan harus dicari dan didapatkan melalui sebuah usaha.
Guru dan Murid
Hilmi mengatakan guru dan murid yang merupakan pendiri mazhab itu bersikukuh pada pendapatnya masing-masing. Hingga suatu ketika, saat Imam Syafii berjalan-jalan, beliau melihat serombongan orang sedang memanen buah anggur.
Beliau pun ikut membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafi’i mendapat imbalan beberapa ikat anggur sebagai balas jasa.
Imam Syafi’i senang bukan main. Beliau senang bukan karena mendapatkan anggur, tetapi karena memiliki alasan untuk menyampaikan kepada Imam Malik bahwa pendapatnya soal rezeki itu benar.
Dengan bergegas Imam Syafi’i menjumpai Imam Malik yang sedang duduk santai. Sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, Imam Syafi’i menceritakan pengalamannya seraya berkata, “Seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memanen), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya.”
Mendengar itu, Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Kemudian Imam Malik berucap pelan.
“Sehari ini aku memang tidak keluar pondok, hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur. Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab? Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”
Imam Syafi’i langsung tertawa mendengar penjelasan Imam Malik tersebut. Sang Guru dan murid itu kemudian tertawa bersama. Begitulah, dua Imam mazhab mengambil dua hukum berbeda dari hadis yang sama.(*)
Beda Pendapat tentang Datangnya Rezeki, antara Imam Malik dan Imam Syafii; Penulis Mahfudz Efendi. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.