Siswa Cuma Delapan
Untuk yang sekolah kecil dan sangat kecil, kata dia, dari data yang dilihat, ada SD yang jumlah siswanya hanya delapan. Sementara SMP siswanya ada empat. SMA/MA ada sekolah gabv siswanya hanya enam. SMK yang paling kecil siswanya ada 13.
“Dari data yang masuk tersebut, maka jumlah yang kecil dan sangat kecil sangat besar dibandingkan sekolah yang besar dan sangat besar. Ini baru data yang masuk 880 dari 1022 sekolah,” jelasnya.
Hidayatulloh lalu bertanya, apakah kita biarkan sekolah yang seperti itu, atau diselamatkan bersama-sama.
“Tentu harus diselamatkan. Siapa yang menyelematkan? Karena jika dibiarkan untuk berusaha sendiri, maka akan tetap seperti ini. Karena ini sudah berjalan sekian tahun,” paparnya.
Menurut mantan Kepala SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) tersebut, keadaan ini harus diubah. “Karena seperti dalam ayat al-Quran yang disesuaikan dengan lembaga pendidikan kita, maka menjadi Allah tidak akan mengubah data sekolah Muhammadiyah Jawa Timur, jika kita tidak mampu mengubahnya,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.
Strategi Penyelamatan
Menurut Hidayatulloh, dana taawun nanti akan melibatkan Lazismu dan sekolah-sekolah besar untuk menyelamatkan saudara-saudara kita. Juga ada koordinasi tata kelola keuangan LPPK Wilayah dan LPPK Daerah.
Empat hal revitalisasi dana taawun, kata dia, pertama, membangun kesadaran bersama, antar lembaga baik di PWM, PDM, dan majelis dikdasmen, untuk penyelamatan sekolah-sekolah Muhammadiyah.
“Selain itu, optimalisasi dana taawun sekolah madrasah terkait UIS, UIG/K, DPP. Masing-masing sekolah harus menyetorkan sendiri ke Persyarikatan. Juga, untuk memanfaatkan dana taawun dalam pengembangan kelembagaan dan SDM,” kata Hidayatulloh. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni