Pengertian Mubalighat
Faridah menerangkan, secara umum, mubalighat adalah juru dakwah yang punya peran khusus dalam dakwah Islamiyah. Fungsi utamanya, menyampaikan pesan kepada sasaran dakwahnya.
“Secara bahasa, kata muballighat berasa dari kata balagha-yuballighu-bulughan atau ‘yang menyampaikan’,” jelas wanita kelahiran Kalirejo, Dukun, Gresik itu.
Kemudian, dia mengulas al-Maidah: 67. Dia menjelaskan, Rasulullah juga diperintah Allah untuk menyampaikan. “Ini disampaikan supaya dilanjutkan. Hari ini ketika kita mendapat ilmu, katanya, kita sebagai umatnya juga wajib melanjutkan (menyampaikan),” imbuhnya.
Sedangkan menurut istilah, kata dia, muballigh adalah seorang Muslim dan Muslimat yang secara individu dan kelompok bertugas menyampaikan, menyebarkan, dan mengembangkan ajaran islam serta mampu memperlihatkan perilakunya yang baik.
Kepribadian Muballighat
Faridah menjelaskan Rasullullah SAW diutus Allah menjadi rahmat untuk semesta alam dengan mengutip al-Anbiya: 107. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Lulusan Universitas Muhammadiyah Surabaya juga mengutip hadist, “Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.”
Menurut Faridah, kepribadian yang harus dimiliki seorang muballighat yaitu perlu beradab dan berakhlak Islami. “Ini meliputi rendah hati dan mendahulukan kepentingan orang lain. Selain itu, bersikap toleransi, berwawasan luas, pemaaf, penyayang, tidak egois,” urainya.
Menurutnya, mubalighat juga perlu memiliki sikap yang benar, berani, rela berkorban, dan bersikap yang membuat orang simpati. Kemudian, perlu menjauhi hal-hal yang haram dan maksiat.
Tak hanya itu, Faridah menekankan perlunya menjadi qudwah (contoh amaliah nyata). “Karena sangat kuat pengaruhnya dibanding dakwah dengan konsep,” ungkapnya.
Sebagai seorang mubalighat, menurutnya, juga dituntut siap berkorban perasaan, waktu, dan harta untuk tegaknya kebenaran. “Perlu juga bertanggung jawab terhadap apa yang sudah disampaikan dan kontinyu dalam belajar,” tambahnya.
Terkahir dan yang terpenting, kata Faridah, perlu sehat jasmani dan rohani. Ini sesuai HR Muslim: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah, daripada mukmin yang lemah.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni