Lima Kaidah Dakwah agar Mubalighat Tak Ditinggal Lari Umat, laporan Sayyidah Nuriyah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Begini Cara Awali Dakwah Biar Gak Ditinggal Lari. Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur Faridah Muwafiq SAg menerangkannya dalam Pelatihan Mubalighat Muda.
Pelatihan bertema ‘Mencetak Mubalighat Muda yang Mencerahkan dan Berkemajuan’ yang digelar Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiyah Gresik itu berlangsung secara tatap muka di Cordoba Convention Hall lantai 4 SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik (Smamio), Ahad (30/1/2022) siang.
Hadir pula tiga pemateri ahli lainnya: Dra Siti Dalilah Candrawati MAg, Dr H Taufiqulloh A Ahmady MPdI, dan Idha Rahayuningsih MPsi.
Awalnya, Faridah menerangkan, dakwah yaitu setiap usaha mengajak manusia membebaskan diri dari segala bentuk penghambaan, kemudian menyerahkan segala bentuk penghambaan hanya kepada Allah semata.
“Kita luruskan sasaran dakwah kita! Kita hanya patut menghambakan diri kepada Allah semata,” imbau wanita yang berdomisili di Surabaya.
Kaidah Dakwah
Faridah menegaskan, seorang mubalighat harus tahu langkah atau kaidah-kaidah dakwah yang harus dilakukan, agar tak ditinggal lari umat. Dia lantas memaparkan lima kaidah dakwah.
Pertama, memberi teladan yang baik sebelum berdakwah atau al-qudwah qabla dakwah. “Sebelum mengajak, harus menyesuaikan dengan dirinya dulu. Memberi contoh dengan perilakunya!” terang dia.
Kedua, mengikat hati dengan menumbuhkan rasa simpati sebelum mengenalkan misi atau taklif qabla takrif. “Ikat hatinya supaya dia tertarik dulu, biar bersimpati,” tuturnya.
Ketiga, memberikan pengertian sebelum memberikan beban (takrif qabla taklif). Keempat, bertahap dalam memberikan beban (tadarruj qabla takallif). “Memberi pengertian itu sedikit demi sedikit, kalau kamu begini nanti begini,” jelasnya.
Kelima, mengawali dakwah dengan perkara-perkara yang prinsip, seperti aqidah atau tauhid (ushul qabla furuk). “Akidah kita dahulukan! Kalau dasar akidahnya belum matang, lalu disampaikan masalah yang bercabang-cabang, nantinya jadi bingung. Cabang atau furu’ itu nomor dua!” terang Faridah.
Baca sambungan di halaman 2: Mengapa Akidah Dulu